Arif Hanung TS
Pada hakikatnya, manusia mempunyai rasa kepekaan/perhatian. Dalam karya saya ini, saya
mengutarakan beberapa bentuk kepekaan seseorang terhadap orang yang disayanginya. Perasaan peka
tentu menjadi amat kuat dari waktu ke waktu. Sebagai seorang suami dan seorang ayah, saya
memperhatikan betul perihal kebutuhan dan perkembangan mereka, khususnya pada anak. Ada rasa
ingin tetap melindungi, rasa ingin terus mendampingi, dan juga rasa haru akan moment-moment
tertentu. Dengan segala kondisi, sebagai ayah tentu harus bisa memposisikan dirinya dalam keadaan
baik maupun “terlihat baik-baik saja”, tak lain dan tak bukan, itu semua demi orang-orang yang
disayanginya.
Sidik Purnomo
Mereka, kami atau kita dilahirkan dengan hakikat yang sama, sebagai manusia dengan atribut
lengkap sesuai kodratnya. Namun dalam proses tumbuh kembangnya, setiap insan melewati
latarbelakang dengan lika-liku yang berbeda satu sama lain, itulah mengapa perbedaan itu ada seperti
warna kulit, lingkungan hidup, pendapat, budaya, adat, hingga agama.
Selama tidak merugikan satu sama lain, bukankah itu hal yang indah dan meriah?
Komar
Pikiranmu, Bebanmu
Hidup tak lepas dari yang namanya beban. Setiap orang diuji dengan kesulitannya masingmasing.
Penyesalan terdahulu, ketakutan/kecemasan, kedepannya bisa menjadi beban jika terlalu
memikirkannya, yang menjadikan setiap kesulitan/penderitaan itu beban adalah pikiran. Guci
diibaratkan sebagai diri, dan kayunya sebagai beban. Bukan seberapa berat beban yang dipikul, namun
seberapa mampu untuk menyikapinya dengan pikiran yang jernih. Jika tak mampu untuk mengatasinya
sendiri, utarakan dengan orang-orang tersayang. #ojodipikirdewe.
Open minded
Karya ini merupakan representasi dari sifat saya. Selama ini saya tertutup kepada siapapun,
bahkan kepada keluarga sendiri. Saya terlalu egois bahwa saya bisa melakukan apapun sendiri tanpa
bantuan orang lain. Namun saya salah, justru berkat peran orang-orang disekitar saya lah yang
menjadikan saya seperti saat ini. Disitu saya mulai belajar untuk terbuka kepada siapapun, dan mencoba meninggalkan sifat-sifat buruk yang lalu.
Noris
Semboyan negara ini “bersatu kita teguh”, tidak benar-benar terwujud, hanya sebagian kecil saja yang dapat kita rasakan, tetap terpisah-pisah seperti suku, ras, agama dan sebagainya. Tidak jarang kita mendengar terjadinya perselisihan antar golongan, suku, maupun agama. Seperti visual pada karya ini, membentuk satu benda, yang dimaksud disini adalah Indonesia, tetapi antara tanah yang satu dan tanah yang lainnya tidak menyatu (yaitu semua perbedaan yang ada di Indonesia).
Gumelar Wahyu Aji
Pada karya kali ini saya memainkan indra penglihatan yaitu mata dalam prosesnya dengan memejamkannya untuk dapat melihat dan menghadirkan proyeksi visual dalam ruang hampa. Ambience yang gelap merupakan impresi awal yang saya rasakan dalam prosesnya, namun jika diperhatikan secara perlahan dan mulai hanyut didalamnya, terdapat berbagai macam warna dan tekstur muncul dalam kegelapan itu dan hadir menjadi berbagai macam bentuk. Tak dapat dipungkiri juga bahwa ada distraksi dalam prosesnya sehingga imaji yang muncul hancur/chaos. Lain halnya jika indra penglihatan tersebut diinduksi dengan pergeseran kesadaran baik dengan chanting atau subtansi kimia seperti yang dilakukan oleh beberapa leluhur. Imaji yang muncul merupakan akumulasi bawah sadar yang berusaha untuk berkomunikasi dan mengingatkan untuk introspeksi diri.