“VAKSIN”
1 – 30 April 2021
Tempat:
MIRACLE PRINTS
Suryodiningratan MJ. II/853, Mantrijeron, Yogyakarta 55141
www.terasprintstudio.com
LIVE STREAMING 1 April 2021, pukul 16.00 melalui IG: miracle.prints dan Fb: Miracle Art’s
Kontak admin: 081539816190
Jam buka pameran: Senin – Sabtu, pukul 11.00 – 16.00
******
KECIL ITU INDAH-Miracle #4
‘VAKSIN’
Kecil Itu Indah menjadi even tahunan Miracle Prints sejak tahun 2017. Pada 2017 dan 2018 menggunakan judul ‘Kecil Itu Indah After Edwin’s #1 dan #2’. Sejak 2019 mulai menggunakan judul ‘Kecil Itu Indah – Miracle’. Tiga pameran tersebut diselenggarakan tanpa tema.
‘Kecil Itu Indah-Miracle’ tahun lalu tidak dapat terselenggara dikarenakan pandemi Covid-19. Tahun ini even tersebut diadakan lagi dan mengusung tema khusus: “VAKSIN”.
***
Sampai saat ini pandemi Covid-19 belum juga selesai. Belum ada juga tanda-tanda akan selesai. Banyak orang mulai stres. Karena sulit beradaptasi dengan keadaan yang berubah. Keadaan yang tidak mereka perkirakan sebelumnya.
Sebagian yang dapat beradaptasi, berdamai dengan situasi pandemi. Mereka menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan yang positif dan produktif. Termasuk disini mereka yang justru mengambill keuntungan dari kondisi ini. Bersukaria diatas kesusahan orang lain.
Di Indonesia pandemi ini sudah hampir setahun berjalan. Terhitung sejak pemerintah mengumumkan penemuan kasus Covid 19 pertama di bulan Maret 2020. Namun di berbagai negara pandemi Covid 19 sudah mereka jalani lebih dari setahun.
Ada negara yang menganggap situasinya sudah mulai dapat dikendalikan. Namun banyak negara juga masih berjuang keras mengendalikan penyebaran kasus yang terus saja bertambah. Belum lagi katanya muncul varian baru yang lebih ganas dan sulit diprediksi.
Simpang siur informasi ini semakin membuat tidak ada jaminan bahwa keadaan akan segera pulih sebagaimana sebelum pandemi. Juga tidak ada jaminan manusia akan dapat bertahan dengan kondisi tak menentu ini. Artinya mereka yang stres dan tidak dapat beradaptasi akan terus bertambah kedepannya.
Namun kita jangan pesimis. Biarkan pemerintah bekerja dan menunjukkan kinerjanya sesuai mandat. Kita warganegara wajib menjaga semangat masing-masing, membangun optimisme kehidupan kedepan yang lebih baik. Sekalipun itu bukan hal mudah semudah menyusun kata-kata.
***
Tahun 2021 ini isu yang bergulir adalah vaksin. Beberapa negara telah mulai melakukan vaksin ke warganya. Termasuk Indonesia yang telah mulai memvaksin warganya sejak awal Februari 2021 lalu.
Para ahli berlomba membuat vaksin yang manjur dari yang termanjur. Persoalan apakah vaksin kemudian menjadi modus dagang dan politik itu adalah soal lain.
Vaksin adalah harapan untuk mengatasi pandemi. Semua mata tertuju pada kemukjizatan vaksin ini. Seakan setelah nantinya sebagian besar manusia telah divaksin lalu persoalan selesai. Betulkah?
Pameran Kecil Itu Indah #4 ini mengambil tema VAKSIN untuk menyikapi situasi terkini. Para seniman yang dijaring lewat undangan terbuka dibebaskan membuat karya media apapun merespons kata ajimat tersebut tanpa tekanan sedikitpun. Termasuk yang akhirnya tidak bersetuju terhadap adanya tema.
Hasilnya menjadi bermacam-macam. Ada yang melakukan respons terhadap tema secara langsung dan ada yang merespons secara tak langsung. Ada pula yang tidak berada di keduanya.
Yang merespons secara langsung mungkin melihat ada persoalan yang urgen dan hendak dikatakan terkait tema tersebut.
Yang merespon secara tak langsung bisa jadi seperti pepatah “sambil menyelam minum air”. Artinya karya-karya mereka sembari membincangkan tema juga berkehendak merambah hal-hal lain diluar tema yang dirasa oleh senimannya dapat dikaitkan. Ada yang masih terang benderang penggambarannya dan ada juga yang cukup samar.
Namun dalam pameran ini ada juga karya-karya yang jika didekati seksama tidak nampak sama sekali keterkaitan dengan tema. Pameran ini memang juga membuka peluang hadirnya karya-karya yang justru berjarak jika dihadapkan dengan tema.
Inilah keseimbangan.
Sekalipun beragamnya visual dan sikap yang ditampilkan peserta pameran, yang perlu dicatat adalah bagaimana karya-karya yang dibuat tetap memiliki konteks yang melatar belakanginya. Seni bukan sekedar persoalan garis, bidang, bentuk, warna yang melulu bertujuan memuaskan mata penikmat.
Secara media sebagaimana diprediksi lukisan di atas kanvas tetap menjadi primadona perupa dalam berkarya. Ini hal lumrah dan terjadi dimana-mana. Namun demikian pameran cukup ada variasi karena banyak juga yang berkarya dengan bahan kertas dengan media cat air dan lainnya. Ada juga seni sulam, beberapa seni cetak grafis dan objek tiga dimensi.
Pameran diikuti tidak hanya oleh para seniman profesional, tetapi juga mahasiswa seni dan para otodidak. Selain didominasi berlatar belakang pendidikan seni rupa mulai D3, S1, S2 sampai S3, ada juga yang berlatar belakang sarjana farmasi, akademi kesehatan, anak SMA dan yang masih berstatus siswa sekolah dasar. Persoalan VAKSIN memang tidak hanya menjadi domain orang dewasa tapi juga perlu sampai ke para remaja termasuk anak walaupun usia mereka belum termasuk sasaran divaksin.
Akhirnya kami juga berharap even Kecil Itu Indah-Miracle #4 ‘VAKSIN” ini menjadi ajang para seniman menjaga daya kreasi dan daya hidup untuk tetap sehat dan optimis menghadapi situasi ke depan yang masih menjadi tanda tanya ini.
Selamat menikmati pameran.
Syahrizal Pahlevi
Miracle Prints
********
Catatan:
- Peserta pameran adalah seniman undangan dan seniman yang diseleksi melalui pendaftaran terbuka.
- Seleksi pendaftaran terbuka diperuntukkan bagi peserta mulai usia 12 tahun keatas. Dibagi dalam dua kategori: Kategori usia 12 – 18 tahun dan kategori usia 18 tahun keatas. Alasannya: Walaupun prioritas vaksin Covid 19 diinformasikan untuk usia 18 tahun keatas, namun usia dibawahnya adalah penyaksi. Merekapun berhak beropini tentang sesuatu hal yang akan berimplikasi terhadap kehidupan mereka kelak.
- Adalah kebetulan sebagian seniman (mungkin beberapa termasuk dalam pameran ini) telah menerima suntikan vaksin beberapa waktu lalu. Ini hanya kebetulan karena tema pameran ini telah ditawarkan ke perupa sejak dua bulan lalu.
Peserta pameran:
- Agung ‘Tato’ Suryanto
- Agus Syahri
- Alie Gopal
- Ananta O’Edan
- Andre Marsyandi
- Angga Sukma Permana
- Anggi Panca
- Anond Anindito
- Arus Siang
- Catur Agung Nugroho
- Desy Gitary
- Didung Putra Pamungkas
- Dwi Nambi Wibowo
- Edi Maesar
- Edo Pop
- Faisal Hamidy
- Farhan Siki
- Fikri Habibi
- Gabrielle Maria Anna
- Gita Putipatria
- Gusmen Heriadi
- Hafizh Aulia Hanani
- Hardiana
- Harind Arvati
- Heri Purwanto
- Irawan Hadi
- Johnny Gustaaf
- Kasih Hartono
- Kemala Hayati
- Koh Handra
- Laila Tifah
- Meuz Prast
- Moh. Muhaimin
- Monica Cindy
- Nahum Suwarsita
- Nur Aziz
- Oky Tisna
- Reno Megy Setiawan
- Ridi Mardianto
- Rizal Misilu
- Rizal Pahlevi Wibowo
- Sigit Handari
- Syam Terrajana
- Taufikur Rohman
- Tiang Senja
- Tina Wahyuningsih
- Tini Jameen
- Tri Prabandani
- Untung Widi
- William Robert
- Windi Delta
- Watie Respati
- Wira Liandy
- Yaksa Agus
“VAKSIN” di mata perupa:
Narasi vaksin adalah memasukkan zat asing ke dalam tubuh, dimana zat tersebut merasuki tubuh melalui jaringan dan berpadu dengan daya tahan tubuh untuk mengenali zat asing lainnya yang tidak diinginkan. Agung ‘Tato’ Suryanto, Pasca Sarjana ISI Yogyakarta, “Jaringan”, water color on paper, 22x21 cm, 2021
*****
Hidup merupakan sebuah rangkaian misteri yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan satu pemahaman. Ada pepatah mengatakan “Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift, that is why it’s called a present”. Manusia terkadang terlalu sibuk memikirkan apa yang telah terjadi dimasa lalu, mempelajari masa lalu dengan sangat serius. Disatu sisi juga sangat memikirkan masa depan yang entah masih ada atau tidak, karena tidak seorangpun tahu akan apa yang terjadi esok. Dua hal yang selalu menimbulkan banyak tanda tanya dalam hidup manusia. Membuat manusia mencoba mempelajari segala hal yang ada baik di dunia ini maupun di luar sana. Namun manusia melupakan arti hari ini, hari ini sebuah hadiah dan karena itu disebut present. Apa yang diperoleh hari ini biarlah itu dinikmati sebagai sebuah pemberian. Angga Sukma Permana, S2 ISI Yogyakarta, “---“. Acrylic on canvas, 15x20 cm, 2021
*****
Vaksinasi untuk melindungi dari virus Covid19,bagi segelintir orang sepertinya sangat merepotkan.Karya ini dibuat karena rasa penasaran saya dan imajinasi usil dan kenakalan saya terhadap wanita pemakai Burqa yg harus ada di tempat umum utk menerima suntikan vaksin,walaupun realitanya mungkin tidak seperti itu karena ini hanyalah gambar humor. Anon Anindito, S1 ISI Yogyakarta, “Untitled”, water color on paper, 21, 29,7 cm, 2021
*****
Simpang siur isu tentang Vaksin Covid-19 yang kemudian menimbulkan opini yang beraneka ragam di tengah masyarakat membuat saya pribadi menjadi kebingungan untuk memilih untuk ikut Vaksin atau tidak. Didung Putra Pamungkas, S2, “Lamunan Isu”, mixed media on canvas, 30x30 cm, 2021
*****
Gagasan karya ini didasari antara keraguan dan harapan tentang hasil vaksin untuk mengatasi wabah Covid19. Edo Pop, S1 ISI Yogyakarta, “Pasca Vaksin”, acrylic on canvas, 30x30 cm, 2021
*****
Energy baru judul yang saya ambil dari tema Vaksin ini, Apel hijau yang menyimbolkan sesuatu yang baru dan fresh, setelah beberapa bulan terahkir corona mulai mencampuri urusan individu dan kelompok, vaksin yang menjadi pro dan kontra masyarakat. yang mau tidak mau harus diikuti demi mengembalikan kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat . dimana waktu tidak hanya berhenti pada titik tertentu, waktu terus berjalan dan kita harus bisa menerima evolusi yang ada.
Dan background kaktus di belakang mengharapkan setelah menerimanya vaksin ini masyarakat menjadi semakin kuat menghadapi kondisi virus di segala musim karena itu sifat kaktus yang kuat. Gabrielle Maria Anna, ISI Yogyakarta, “Energi Baru, acrylic on canvas, 15x20 cm, 2021
*****
Saya pikir kehadiran vaksin dapat meringankan kerja malaikat kematian yang selama setahun ini sudah bekerja keras dengan melihat banyak nya korban meninggal akibat covid-19.
Vaksin hadir sebagai upaya memberikan waktu luang agar malaikat kematian bisa punya waktu untuk istirahat sejenak di sela sela pekerjaan nya. Gita Putipratia, S1 Farmasi, “Tidur Siang Kematian”, pen marker on paper, 30x30 cm, 2021
*****
Dalam karya ini saya membidik kegiatan di lingkungan sekitar dengan melukiskan keseharian sebagian kecil masyarakat selama berada di rumah untuk menambah imunya salah satunya dengan riang menghias rumah bertanam hias ,hal ini diharapkan menjadi solusi "VAKSIN " tubuh dan rekreasi pikiran di masa pandemi...saya gambarkan dengan "wuwungan" (hiasan pada kepala atap rumah) berbentuk kaktus yang juga merupakan tanaman yang menyimbolkan survivor ,tanaman yang sangat kuat dalam cuaca ekstrim. Heri Purwanto, S1 ISI Yogyakarta, “The Wuwungan, acry;ic on canvas, 30x30 cm, 2021
*****
Vaksin yang saya ketahui adalah tambahan kekebalan tubuh yang diaktifkan melalui proses medis/injeksi.
Vaksinasi Anti Covid19 diharap mampu menghidupkan perlindungan dan penginderaan ekstra terhadap virus yang membahayakan tubuh.
Namun disela harapan itu, masih tersisa pertanyaan; haruskah pelaksanaannya dipatuhi menyeluruh tanpa syarat? Kasih Hartono, ISI Yogyakarta, "Power Defense", acrylic on canvas, 30x27 cm, 2021
*****
Perempuan yang mengundang tanya, akan keberadaannya di suatu tempat. Laila Tifah, S1 ISI Yogyakarta, “Kutunggu Di Pasir, acrylic on canvas, 35x35 cm, 2019
*****
Ketika sebelum pandemi Covid-19 melanda, manusia bekerja, bermain, pergi ibadah, berpesta serta aktivitas lainnya (normal), namun kini manusia terbatas dalam ruang gerak begitu kecil, berjarak (Social Distancing).
“Kerinduan kecil” ini bentuk representasi tentang kerinduan kepada teman, kekasih, keluarga, bermain, berjama’ah dalam beribadah, berjabat tangan, berciuman dalam kehangatan. Berharap dengan ditemukannya vaksin tidak hanya mengobati wabah ini melainkan mengobati rindu akan pertemuan tanpa ada jarak. Muh. Muhaimin, S1 Sekolah Tinggi Kesenian WILWATIKTA Surabaya, “Kerinduan Kecil”, ink, acrylic on paper, 30x30 cm
*****
Karya ini menceritakan tentang kondisi alam yang saat ini sedang tidak baik baik saja, dimana wabah covid 19 yang terjadi di seluruh dunia yang berdampak besar bagi seluruh kehidupan manusia. Karya ini terinspirasi oleh keresahan-keresahan yang melanda manusia khususnya di indonesia dimana masyarakat indonesia yang perekonomiannya rendah sangat terdampak, situasi covid 19 ini berdampak sangat besar bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, dalam kondisi saat ini masyarakat harus menaati peraturan pemerintah yang menganjurkan harus tetap berada di rumah sedangkan masyarakat indonesia yang harus menghidupi keluarganya dengan cara bekerja di luar rumah jadi sebuah dampak besar bagi keluarganya yang menjadi sebuah ide terciptanya karya lukis ini yang di ibaratkan dengan pipa pipa berkarat yang terpusat pada satu lubang yang menggambarkan kondisi buruk yang melanda bumi ini. Ridi Mardianto, S1 STKW Surabaya, “Berdampak terdampak”, water color on paper, 30x22 cm, 2021
*****
Kita ada pada waktu dirapal jadi wahyu. Kita ada pada masa jauh dari biasa. Kita jelma moksa sekumpul doa. Syam Terajana, S1, “Apokalipso “, acrylic on paper, 18x23 cm , 2021
*****
Sebagai ajang rekreasi murah meriah bagi berbagai lapisan masyarakat pasar malam selalu berhasil menarik banyak khalayak untuk tumpah ruah didalamnya. Namun semua itu tidak dapat ditemui lagi disaat pandemi menyerang hampir seluruh belahan dunia. Berbagai kegiatan yang melibatkan banyak orang ditiadakan, termasuk pasar malam. Banyak orang yang menginginkan pasar malam kembali. Kembali merasakan suka cita bersama sanak saudara didalam suasana meriah pasar malam. Taufiqur Rohman, SMA Sederajat, “Pasar Malam kembali”, acrylic on canvas, 30x30 cm, 2021
*****
Karya ini merupakan pengalaman subjekitf saya terhadap menunggu giliran vaksin. Tiang Senja, ISI Yogyakarta, “Fase”, acrylic on canvas, 20x20 cm, 2021
*****
Vaksin bagai takdir, ada yang sudah, ada yang belum, ada yang tidak mau, dan ada varian lain, cemberut, gelisah, marah karena sasaran vaksin dianggap belum tepat. Apakah generasi muda tidak layak masuk prioritas? Lalu generasi "belum lansia, tapi sudah tua", apa salahnya menerima vaksin? Tapi biarlah. Jodoh, maut, rezeki vaksin di tangan Tuhan. Kembali pada ketahanan sabar dan "rukun". Desy Gitary, “Rukun”, oil on canvas, 25x25 cm, 2021
*****
Karya ini memvisualkan seorang pemuda yang berusaha melindungi
pikirannya, pendengaranya dari isu” yang beredar sekarang dengan menggunakan media kantong plastic sebagai penutup untuk melindungi kepalanya. Andre Marsyandi, “The absence of humanity?”, acrylic, crayon on canvas, 30x30 (1 cm), 2021
*****
Sebuah langkah kecil dari harapan yang besar. Terciptanya vaksin menjadi babak baru dalam masa berkabut ini. Terlepas percaya atau tidaknya, mampu atau tidaknya si vaksin ini membebaskan kita dari belenggu pandemi yang telah setahun menghantui kita semua. Tidak ada salahnya mencoba. Kita tak pernah tau hasilnya jika tak mencoba dan merasakan. Vaksin adalah bentuk usaha nyata manusia untuk mencoba memproteksi diri sendiri dan orang lain. Demi usai nya pandemi. Anggi Panca, S1 Seni Rupa UNESA Surabaya, “Babak Baru”, linocut on paper, 25x25 cm, 2021
*****
“Suara.com - Meski vaksin Covid-19 dinilai penting, tetap saja ada orang yang anti dengannya. Mereka disebut dengan "anti-vaxxer", kelompok orang yang menghindari vaksin lantaran meyakini teori konspirasi yang berberedar.
Salah satunya klaim bahwa vaksin Covid-19 tidak aman dan para peserta percobaan meninggal setelah mendapat obat ini.
Para ahli telah mengecam teori-teori ini. Bahkan, profesor bakteriologi emeritus di Universitas Aberdeen, Hugh Pennington, mengatakan klaim ini berbahaya."Mitos-mitos ini perlu ditangani karena beberapa orang benar-benar mempercayainya. Mereka bisa berbahaya," tutur Pennington, dilansir The Sun”.
Menanggapi hal tersebut melewati karya yang saya buat, saya ingin menyampaikan bahwasannya masyarakat diharapkan lebih menggali dan mencari bukti kebenaran yang sesungguhnya mengenai berita dan informasi tentang vaksin tersebut. Dwi Nambi Wibowo, SMA, “Konspirasi Vaksin”. Oil on paper, 28x25 cm, 2021
*****
Setahun sudah virus covid 19 melanda seluruh negara di bumi ini
Dan telah merubah segala tatanan kehidupan. Vaksin yang baru baru ini di ciptakan menjadi sebuah
Jawaban dari segala kegundahan, dan semoga harapan untuk hidup normal masih ada. Faisal Hamidy, Modern School of Design Yogyakarta, “Hope”, mixed media on paper, 19x19 cm, 2021
*****
Vaksin Covid 19 adalah sebuah keniscayaan bagi penduduk bumi, dan para produsen vaksin. Farhan Siki, S1, “Who is Pfizer?”, stencil on gunny fabric, 30x25 cm, 2021
*****
Pertempuran ini belum usai, lawan kita belum juga menyerah. Kita harus terus bertahan! Tunggu apa lagi? Vaksin adalah satu-satunya cara. Apa yang ha-
To be Continued In the next episode of : The Battle of Organic!
Hafizh Aulia Hanani, SMA,“ : The Battle of Organic”, silkscreen on paper, 21,5 x 23,5 cm, 2021
*****
Kabar segar bagi segala kalangan, vaksin mengubah banyak pandangan dan pemikiran. Perubahan bentuk yang tak permah kita kira. Semoga hal baik selalu menghampiri kita. Semoga dengan adanya vaksin memperbaiki keadaan ada, sebagaimana bunga menggambarkan dirinya. Kemala Hayati, SMA, “Ubah Mengubah”, sulam payet on canvas, 20x20 cm, 2021
*****
Semua ini terjadi karena faktor kelalaian manusia yang tidak bisa menjaga dan menyayangi bagian dari bumi ini.
Kini keadaan bumi ini hanya menjadi puing puing dari semua keindahan yang mana bumi ini pada masanya akan ada titik terang baru yang akan memperbaiki keadaan secara perlahan. Monica Cindi, SMA, “Fana Kehidupan”, acrylic on canvas, 30x30 cm, 2021
*****
Setelah satu tahun lebih dilanda pandemi, akhirnya masyarakat menemukan pencerahan melalui vaksin yang sudah mulai direalisasikan di sejumlah daerah.
Vaksin yang dihasilkan berkat kesabaran, kerjasama, dan niat tulus ini tentunya harus didukung dan disambut penuh oleh kita semua.
Lukisan ini adalah ilustrasi masyarakat sebelum dan sesudah divaksin. Bentuk antusiasme ini diharapkan menginspirasi masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mencapai kekebalan kelompok atau menuju herd immunity. Tini Jameen, “Menuju Herd Immunity, acrylic on canvas, 30x30 cm, 2021
*****
"Awal cerita" mengacu pada masalah efek samping yang dihasilkan saat vaksin disuntikkan, vaksin yang diciptakan dari jenis virus yang sama dan telah dilemahkan akan menimbulkan efek samping terutama pada penglihatan, noise-noise putih yg terlihat pasca vaksin menjadi sangat mengganggu, hal tersebut juga berakibat sakit kepala bahkan demam hingga pingsan. Kegelisahan akan vaksin tersebutlah yang mendorong untuk menciptakan karya tersebut. Wira Liandy, SMA, “Awal cerita”, mezzotint on paper, 15x15 cm, 2021
*****
Merekam kemarau panjang 2019. Rizal Misilu, ISI Yogyakarta, “Kemarau 1”, pen on paper, 22x22 cm, 2019
*****
Superhero deep sea juga harus ikut vaksin agar tubuh mereka juga sehat dan kuat untuk menjaga kota liliput dasar laut. Rizal Pahlevi Wibowo, 12th, kelas 6 SD, “My town vaksin”, 30x30 acrylic on canvas
*****
Selayaknya sistem imun yang tidak memiliki tempat khusus di dalam tubuh manusia, serta tidak di kontrol oleh organ pusat, seperti otak. Ia menjadi muasal lahirnya kekebalan tubuh. Fikri Habibi, “Muasal”, acrylic on canvas, 30x30 cm, 2021
*****
Sosok Virus c19, digambarkan tetap menantang, namun seperti menyerah terhadap dunia yg dipijaknya. Vaksin yang telah diciptakan menjadi seperti ajang pertempuran berbagai macam jenis penyakit. Bagi si vaksin dunia itu sangat indah untuk di hancurkan, namun alangkah indahnya jika tidak berhasil di hancurkan. Ananta O’Edan,“Vaccine Change The World”,Drawing on paper, 29x21 cm, 2021
*****
Terinspirasi dari penyakit yang melanda dunia saat ini dan segala upaya yang dilakukan diri darinya. Saya melukiskannya sebagai sosok Semar yang menggendong air pawita sari atau yang disebut juga air kehidupan yang dipercikkan ke gunungan sebagai symbol dunia. Untuk mengakhiri pagebluk yang terjadi. Agus Syahri, ”Banyu Prawito Sari”, mixed media on board, 25x18 cm, 2021
*****
Syringe of Hope adalah karya yang menggambarkan bagaimana perjuangan para pejuang kesehatan melawan kematian melalui vaksin. Sbagaimana kita ketahui keberadaan Covid 19 momok yang telah menghantui manusia di seluruh dunia dan telah merenggut jutaan nyawa dan juga kerugian materiil yang tidak sedikit.
Dengan adanya vaksin dan berbagai metode pengobatan, manusia saat ini memiliki secercah harapan dimana mereka akan memiliki kebebasan dan kehidupan lagi. Hardiana, “Syringe of Hope”, mixed media on canvas, 22x15 cm, 2021
*****
Satu tahun lebih semua berusaha merubah pola hidup (kebiasaan) setiap hari dengan apa yang disebut dengan New Normal untuk menyikapi pandemi Covid 19. Kini kita memasuki perkembangan berikutnya setelah ditemukannya vaksin untuk pencegahan dan juga imunitas. Era ditemukannya vaksin ini adalah sebuah pintu terbuka untuk berbagai kemungkinan mengalirnya cerita baru yaitu rasa optimis akan sebuah keadaann yang lebih baik dengan berbagai dinamikanya tentu. “Pintu Terbuka-Cerita Baru Mengalir”, acrylic on canvas, 30x30 cm, 2021
*****
Kurang lebih pandemi covid 19 berlangsung 1 tahun, banyak terjadi persoalan sosial ekonomi, kesehatan politik. Vaksin merupakan solusi pemerintah menghentikan pandemi ini. Banyak masyarakat mengharapkan agar tetap sehat, terhindar dari covid 19 dan pulih dengan baik. Sadar atau tidak disadari dengan memproduksi dan menggunakan vaksin, baik itu kemasan botol, kardus dan packaging kainnya, alat suntik, jarum, apabila di seluruh dunia menggunaakannya, terbayangkan berapa jumlah sampah yang dihasilkan. Bagaimana pengolahan limbah dan dampak lingkungan apalagi saat ini lingkungan sedang krisis dalam hal penanganan sampah. Oky Tisna, “Harapan & Sampah”, acrylic on canvas, 30x30 cm, 2021
*****
Sejak awal muncul pandemi covid 19, semua panik dan serba tidak jelas. Berita seakan berdatangan simpang siur, semu terlihat begitu samar. Namun selalu ada cahaya semangat untuk terus bangkit dan survive. Muncul cahaya dan harapan baru dalam ketidakpastian dan kesamaran. Dalam karya ini disimbolkan dengan lingkaran-lingkaran kuning sebagai bentuk optimisme. Dengan latar belakang biru kehitaman sebagai hal yang luas dan samar. Dalam karya ini representasi cahaya sebagai vaksin dan harapan untuk terus survive di situasi pandemi saat ini. Catur Agung Nugroho, “Cahaya Harapan”, acrylic, oil stck on canvas, 15x15,5 cm, 2021
http://new.widyamataram.ac.id/content/news/pameran-karya-kecil-itu-indah-karya-seniman-diharapkan-menjadi-vaksin-di-tengah-pandemi#.YGa7QzwxXIV
https://www.beritamerdekaonline.com/pameran-karya-kecil-itu-indah/
https://www.kompas.tv/article/159720/ragam-cara-perupa-yogyakarta-merespons-vaksin-dalam-pameran-di-miracle-prints
https://jogja.antaranews.com/berita/481490/54-karya-seni-berukuran-mini-dipamerkan-di-yogyakarta
https://smol.id/2021/04/03/54-karya-seni-rupa-ukuran-mini-dipamerkan-di-yogyakarta/
https://ijn.co.id/54-karya-seni-rupa-berukuran-mini-dipamerkan-di-yogyakarta/
https://impessa.id/read/1864/event/pameran-bertajuk-kecil-itu-indah-menjadi-vaksin-tersendiri-di-tengah-pandemi.html
https://m.harianjogja.com/jogjapolitan/read/amp/2021/04/03/510/1067940/berdimensi-kecil-seniman-pamerkan-karya-mini-di-jogja
https://www.instagram.com/p/CNJ0-sLLtDU/
https://qrc.kompas.id/scan?kode=kk-279811/04/202