Berani Mimpi Tiang Senja
Seniman yang lahir dari keluarga seniman memiliki kesempatan tersendiri yang tidak dimiliki oleh mereka yang lahir dari bukan keluarga serupa.
Secara tidak langsung, disadari atau tidak, praktek berkesenian, pewacanaan, proses berkarya dan kelanjutan-kalanjutannya adalah makanan rutin mereka sehari-hari.
Beruntunglah Tiang Senja memiliki orang tua merangkap mentor yang baik.
Ayahnya Edo Pop dikenal sebagai perupa yang kuat dan pekerja serius. Pun ibundanya yang terus memompakan semangat berkesenian yang ada dalam dirinya kepada anak dan keluarganya selama ini. Pun adiknya yang mengikuti jejaknya dan mungkin menular ke adik-adiknya yang lain. Siapa tahu?
Namun kesempatan tersebut (bekal bawaan, atmosfir keluarga, fasilitas berkarya dan suasana berkesenian yang mendukung) tidak akan ada artinya jika tidak ada mimpi yang dipelihara. Tiang Senja menyadari itu sesungguh-sungguhnya.
Seniman adalah sang pemelihara mimpi sejati. Tidak peduli seberapa besar dan beratnya mimpi itu diraih, terus saja mimpinya ia pelihara. Setelah tercapaipun kemudian ia lanjutkan dengan mimpi-mimpinya yang lain. Begitu seterusnya. Tak selesai-selesainya.
Berkarya adalah proses memelihara mimpi itu. Mustahil sebuah karya dapat diteruskan jika sang kreator tidak sanggup memelihara mimpinya. Jika bukan gagal, pastilah karyanya akan macet di tengah jalan. Lalu setelah karyanya selesai ia akan melanjutkan dengan mimpi yang lain.
Berpameran adalah kelanjutan dari mimpinya. Seniman ingin karyanya diapresiasi, apapun wujudnya dan seberapapun tingkatannya. Ini hanya proses kecil. Namun proses kecil ini sangatlah penting. Proses inilah yang akan menentukan langkah-langkah ia selanjutnya, apakah ia akan terus memelihara mimpinya ataukah cukup selesai sampai disini saja.
Selamat kepada Tiang Senja atas pameran tunggalnya yang ‘berani’ ini. Berani dalam pengaplikasian warna, penempatan tekstur, intensitas sapuan dan kedalaman rasa. Untuk itulah kita disini, berharap pada (calon) seniman ini. Semoga ia terus memelihara mimpinya, dengan karya-karya yang semakin ‘memberani’.
Mantrijeron, 25 Agustus 2021,
Syahrizal Pahlevi/Miracle Prints
*****
HASRAT PERKOTAAN
“Kamu Bergaya Maka Kamu Ada!” - Idi Subandy Ibrahim
Misalnya saya membuka pembicaraan ini di beberapa waktu lalu, sebelum masa digital yang membahana, yang walaupun sudah dibicarakan oleh oleh Yasraf Amir Piliang sebagai dunia yang berlipat-lipat, tentu lebih menggelitik untuk diungkapkan. Kenapa? Apakah dunia perkotaan ini sesungguhnya tidak menarik dibicarakan di ranah digital? Tentu, keduanya memiliki perbedaan yang setiap pembicaraannya selalu menarik untuk diceritakan kembali sebagai dinamika sosial di perkotaan.
Lantas di mana saya mulai membicarakan kehidupan perkotaan ini? Di ranah yang serba-serbi perkotaan, salah satu hal menarik adalah soal gaya hidup dan polesannya, termasuk makeup. Iya, kehidupan perkotaan sangat identik dengan hal-hal yang berkamuflase dan bersembunyi dengan polesan-polesan untuk menutupi atau memberikan hiasan untuk terkesan lebih cantik, misalnya. Di kesempatan lain, kesepakatan cantik dan proses kreatif makeup merupakan salah satu ujung dari persoalan yang dibicarakan sebagai dampak munculnya pemikiran kosmopolitanisme di daerah perkotaan. Cantik, glamor, maskulin, gagah, modiste, dapat dipahami sebagai keinginan setiap personal, yang tidak saja di kota, sehingga menjadi kebutuhan sosial, sebagai pengakuan atas dasar kecantikan merupakan salah satu bagian dari empat kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan yang berorientasi terhadap lingkungan dan sejenisnya.
Melalui situasi tertentu, gaya hedonisme ini dapat mendesak dan muncul akibat tekanan pergaulan dari lingkungan sekitar, jika seseorang hidup dalam lingkungan dengan gaya hidup tinggi, dapat pula mempengaruhi jiwa-jiwa lainnya. Pilihan-pilihan bertindak seseorang, termasuk menyangkut hedonisme, dapat juga disebabkan lemahnya kadar kerohanian atau tidak dapat memilah persoalan gaya hidup secukupnya, dengan kebutuhan untuk bermewah-mewah. Tetapi, apa iya orang-orang yang senantiasa hidup glamor bermewah-mewahan, masih memikirkan soal kerohanian?
Saking inginnya menjadi bagian perkotaan yang serba hedonis, jadilah mendorong muncul sikap-sikap yang memberikan pertumbuhan ruang-ruang hedonism. Perilaku yang selalu ingin mencari kesenangan dan memuaskan hasrat tanpa henti dan berujung. Menurut Magnis-Suseno, perilaku hedonisme dilakukan bagi sekelompok orang merupakan ciri-ciri mendasar sebagai pertalian penting untuk mencapai dan memuaskan hasrat-hasrat perseorangan, untuk hadir pada level kehidupan sosial. Hedonisme ini berupa pandangan hidup yang menganggap, bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Untuk menghindarkan apa yang dikategorikan sebagai perasaan yang menyakitkan, akhirnya selalu memenuhi hasrat-hasrat personal yang mengemuka tanpa henti.
Hasrat untuk terlihat cantik, bergaul, modiste, bahkan terkesan ikut arus gaya hidup sosial tertentu, memberikan stigma yang luar biasa dalam pergaulan sosial perkotaan. Hasrat untuk terlihat cantik dengan berbagai cara dapat dikategorikan gaya hidup hedonis, pun demikian dengan belanja-belanja yang menjadi bagian dari pemenuhan keinginan untuk eksis atau menjadi bagian dari tren. Pencapaian kesenangan dan kenikmatan yang menjadi tujuan hidup bagi sekelompok masyarakat, menampilkan kemewahan dengan belanja secara berlebihan, secara nyata membuktikan kekuasaan kapitalisme dalam memenuhi hasrat-hasrat setiap kepala manusia. Memang, kenikmatan ini tidak selalu harus dengan bermewah-mewah, tetapi nilai-nilai mendasar sosial kemanusiaan kemudian diabaikan untuk tujuan hidup yang sebenarnya. Inilah oleh Emmanuel Subangun disebut sebagai sebuah ilusi, yang memberi kebahagiaan semu.
Sangat menarik, ketika mengamati kecenderungan pilihan gaya hidup masyarakat sosial perkotaan sebagai upaya untuk mengeksiskan keberadaan diri pada level masyarakat sosial tertentu. Terjadinya degradasi pada kehidupan sosial masyarakat dapat disebabkan beberapa alasan, misal: kebutuhan promosi, pencarian jati diri, perkara status sosial, atau semakin mendalam merujuk pada apa yang disebut mendominankan pikiran dan gaya bertindak pada kelompok masyarakat lain. Kebutuhan diri pada ranah sosial terjadi dan didukung oleh kesepakatan dan negosiasi gaya berpikir yang merupakan akumulasi, tentunya berujung pada seberapa kuat modal yang digunakan untuk menaikkan citra dan eksistensi itu sendiri.
Saya kemudian melihat, setelah adanya setiap individu yang bereksistensi tersebut, menyemarakkan ruang-ruang perbelanjaan, mall, pasar, butik, dan bahkan pasar online. Iya, di tengah segala macam keterbatasan oleh situasi pandemic saat ini, tidak memudarkan orang-orang untuk berekesistensi. Tidak juga mengurangi hasrat-hasrat untuk berbelanja. Belanja dan ruangnya diciptakan dengan sempurna melalui pasar online. Segala macam tawaran dan rayuan dibuat semanis mungkin, untuk memikat orang tetap berbelanja. Kelengkapan dengan beraneka ragam pilihan dihadirkan sebagai upaya menyemaikan kecintaan pada aktivitas belanja, bukan saja untuk menyenangkan konsumen, tetapi semakin memberikan kesempatan secara luas bagi penggemar gaya hidup dan perancang trending untuk berkreasi menciptakan gaya-gaya baru.
Kadang saya jadi ingat di situasi lainnya lagi. Pada saat memikirkan belanja, tentu ingat dengan merk. Ingat merk dagang, jadi ingat bagaimana merk ini sesungguhnya menjadi sebuah citra yang luar biasa. Merk adalah identitas. Kenapa begitu? Karena persoalan merk sebagian besar mengacu pada landasan pikir consumerism, merk masuk pada ranah penanda-penanda gengsi. Diferensiasi, seperti yang dibicarakan oleh Piliang, terjadi proses pembangunan identitas berdasarkan perbedaan produk, gaya, dan gaya hidup. Merk dengan segala makna di dalamnya, seperti memberikan memberikan rasa aman, nyaman, bahagia, serta kebanggaan bagi para penggunanya, karena dianggap telah memenuhi kebutuhan dan rasa percaya terhadap kualitas suatu jenis produk yang digunakan. Merk adalah hal-hal yang mengacu tidak saja pada persoalan kualitas dan rasa percaya, tetapi juga pada masalah gengsi-gengsi. Inilah diferensiasi, usaha-usaha untuk membedakan jenis produk yang digunakan, sekaligus upaya pembentukan identitas bagi sekelompok konsumen, yang pada akhirnya menjadi alat penanda bagi konsumen lainnya.
Belanja, untuk sebagian orang menjadi obat mujarab dan menjadi hiburan dalam menghabiskan waktu dalam hari-hari tertentu. Label, trademark, atau pun tagline produk-produk yang menjadi tanda bagi pemenuhan hasrat-hasrat, adalah contoh obat mujarab ampuh bagi pemenuhan ruang eksistensi personal. Diciptakan penanda-penanda pada produk, sekaligus juga merupakan pengelompokkan ruang-ruang sosial masyarakat. Apa yang menjadi label dan trademark produk merupakan usaha mengkondisikan manusia-manusia pecinta gaya secara sadar mengelompok untuk beradaptasi sesuai dengan label dan trademark. Para konsumen ini, bolehlah disebut sebagai robot-robot yang pintar bergaya, dan tentunya memiliki modal cukup untuk menjawab kebutuhan-kebutuhannya sebagai upaya untuk eksis. Kesadaran konsumen ini dibentuk secara perlahan, menanamkan hasrat dengan konsisten, alat dan prasarana diciptakan untuk memaksimalkan pembentukan kebutuhan untuk hidup bergaya, sehingga tayangan iklan pada televisi atau media lain, menjadi kitab atau ensiklopedi yang wajib di tonton atau di baca untuk dijadikan sebagai pedoman panduan.
Hasrat perayaan konsumen merambah pada hampir setiap level kehidupan sosial dan budaya masyarakat perkotaan, bahkan lebih luas lagi. Perayaan pendidikan, ritual keagamaan, upacara perkawinan, perayaan kelahiran, bahkan kematian pun dirayakan secara sadar oleh masyarakat. Boleh jadi hasrat ini terkamuflase dalam sebuah kebiasaan, tetapi lebih jauh lagi, sesungguhnya karena hasrat ini pulalah, setiap kebiasaan tersebut tetap dilakukan. Representasi pakaian adalah penanda paling sederhana dalam bentuk perayaan ini. Dikenalnya istilah dress code, menjadi pengikat masyarakat untuk berpakaian dalam rangka ikut bagian dalam perayaan. Perayaan perkawinan dan pendidikan, atau pesta-pesta lain, tentunya memiliki aturan-aturan yang mengikat masyarakat untuk berpakaian dengan gaya-gaya terbatas. Label acara secara langsung membatasi dan mengikat pesertanya untuk berpakaian secara “seragam”, sehingga festival konsumsi ini merupakan festival belanja, dan sekaligus upaya untuk menyeragamkan manusia-manusianya dalam balutan pakaian ataupun, bahkan pemikirannya.
Bagaimanapun, berbelanja merupakan upaya untuk membangun imaji dan tidak akan pernah selesai. Hasrat selalu beriringan dengan hadirnya gaya yang baru. Tidak melulu menyebut ribuan jenis gaya pakaian, tetapi menyinggung pula gaya-gaya baru yang diciptakan oleh industri kecantikan, industri perawatan tubuh, industri otomotif, industri gadget, dan berjenis-jenis industri lain, dengan modal kapital yang kuat. Jika hasrat merupakan muara persoalan dari pencitraan, maka perlu dikendalikan secara ketat, bahkan sedapat mungkin dipenjarakan sedalam-dalamnya. Dengan demikian manusia tidak akan terikat dalam ruang epilepsi. Seperti dikutip oleh Piliang, Virilio menyebut sebagai ruang yang disarati oleh kejutan dan frekuensi yang variasinya tidak terduga, tidak sekedar tekanan dan represi, tetapi dengan interupsi, muncul dan menghilangkan dunia yang nyata. Disebut oleh Piliang sebagai hilangnya kesadaran manusia. Kesadaran, bahwa gaya hidup, termasuk hal pakaian dan kecantikan, tidak akan pernah berhenti diproduksi, sebagai jawaban atas kehadiran hasrat-hasrat pada manusia itu sendiri.
Semarang, 16 Juli 2021.
Deni Setiawan.
****
Berbicara Karya Tiang Senja , tidak jarang karya-karya mengabstraksi tentang persoalan dunia keseharian kehidupan manusia dan produk budaya urban yang beragam.
Baik terkait kehidupan ikhwal tingkah laku orang- orang dan bermacam citra benda dari berbagai lintas klas sosial, ia hadirkan sebagai subjek pemikiran dalam mencipta karya. Sepintas tema dan gagasan karya-karyanya seperti upayah ia mengungkapkan indeks dari empati pengalaman subyektif pada kemanusiaan yang teralienasi pada budaya urban. Mengurai kembali pengalaman persepsi pada jejak- jejak dinamika kehidupan manusia di alam, sosial, politik maupun budaya dalam kehidupan masyarakat urban yang bersifat paradok, kontradiktif dan manipulatif. Lukisan-lukisan Tiang senja memiliki ukuran dan kualitas artistik dengan tingkatan variasi yang beragam. Selain visual yang tampil merupakan struktur ulang dari emosi dan taste estetis yang mempunyai rasa terhadap warna, garis, bidang, tekstur khas dan unik. Penampakan visual sebagai bentuk pelepasan dari segala sesuatu pengalaman empirisnya yang ia ciptakan dan fantasikan yang diterapkan terhadap tema lukisannya.
Bentuk Kebanyakan ditampilkan samar, muram dan tumpang tindih, terkesan seperti visual dinding-dinding kota yang dingin dan kusam. Kabel listrik memanjang membentuk garis horisontal yang semraut. Garis vertikal yang silang menyilang kaku pada jendela kaca bangun menjulang tinggi. Permukaan gedung mewah yang cerah dengan tekstur dan goresan permukaan putih mulus namun terasa hampa dan kosong diantara warna kelam dan disharmonis. Bentuk dan warna hitam yang diisi torehan-torehan ritmis tidak lurus namun padat yang membawa imajinasi sampai batasnya. Sehingga citra visual yang menjadi pusat perhatian sangat menonjolkan dimensi simbolik yang menyiratkan analogi pada konteks realitas sosial tertentu beserta problematika kehidupan kemanusiaan. Inilah yang menjadi daya tarik dan kekuatan ekspresi personalitas dari seorang anak muda menggambarkan garis pinggir bayangan kemanusiaan pada pemandangan kota sebagai obyek estetik. Menempatkan emosi dari keinginan, ketakutan dan kegelisahan dalam kerangka kerja konseptual atas gagasan tentang bentuk dan batas estetika. Kreativitasnya terpancar dari keberanian ia mencoba mengusung tema-tema sosial dalam mengolah bahasa rupa yang bersifat formalistik sebagai perspektif pengalaman dalam penciptaan dari batas pemahaman dalam kerja kreatif layak ditunggu perkembangnya. Selebihnya proses waktu ruang dan tempat yang akan selalu menguji capaiannya.
Silahkan hadir dan selamat mengapresiasi.
By: Setara Art Studio Yogyakarta-Indonesia
Karya-karya dapat dilihat disini
https://drive.google.com/drive/u/0/folders/19cFirn0oL71fSG2WqcQ15o1_hxdDxnKO?fbclid=IwAR1x1CZiAQENrcYScspyXuvh8XD4NezMYHlzgAy0psU8RxX_Kg44JVbQa7E