teras
  • MIRACLE PRINTS
    • News >
      • PLEASURE-PASSION >
        • Ariswan Adhitama
        • M. Muhlis Lugis
        • Reno Megy Setiawan
        • Syahrizal Pahlevi
      • Archives >
        • Mini Residency >
          • Online Application
      • Home >
        • MEMBER of Miracle Prints >
          • Support
        • Gallery >
          • Merchandise
        • TERAS Management
        • TERAS PRINT DEALER
        • About
        • Links
        • Contact
  • Studio
    • Facilities
    • Editioning
    • Classes
    • History and Technique Printmaking
    • Articles on Printmaking from Art in Print
  • Printmaker Syahrizal Pahlevi
  • JIMB
  • Blog

Archive

Mini Residency (2014-2015)

Program ini ditujukan buat pegrafis yang memiliki skill teknik woodcut dan tinggal di Yogyakarta. Undangan dan proposal. Peserta ditawarkan mengeksplorasi tekniknya dengan bantuan fasilitas mesin etching press dimana lama kerja yang diberikan hanya 1 minggu sampai paling lama 10 hari. Tidak boleh melebihi waktu tersebut. Peralatan dan bahan seperti papan MDF, multipleks, pisau cukil, mesin etching press , roll karet, tinta cetak, kertas percobaan (BC putih), kertas untuk membuat edisi (COG 216 gr dan 270 gr) dan lain-lain disediakan oleh TPS. Di akhir residensi diadakan ‘artist talk’ untuk kalangan publik terbatas dan para pegrafis. Residen juga meninggalkan masing-masing 1 edisi dari setiap karya yang dibuatnya selama menjalani program untuk koleksi TPS. Program ini merupakan kegiatan jangka panjang dimana akan dibuat sebuah pameran bersama hasil kerja dari semua residen pada akhir 2015. Pegrafis yang berminat harap mengirim proposal lewat ‘online application’ di halaman web ini tanpa tenggat waktu. Proposal yang masuk akan diseleksi untuk menentukan residen selanjutnya.

Online Application
Picture

 
Resident # 6
​Aziz Mughni
mulai 28 Desember 2015


Personal Data
Name         : Aziz Mughni
DoB           : Trenggalek, 05 october 1994
E-mail        : Azizmughni41@gmail.com
Mobile       : +6289 7581 5017
Education
Fine Art dep. Printmaking, ISI yogyakarta
Curriculum Vitae
  1. Award
  • 2015
The best Printmaking Artwork, “Menjelajah Teknik, Menganyam Gagasan” Dies Natalis XXXI ISI Yogyakarta 
  1. Group Exhibition
  • 2015
  1. “Green Colaboration”, Jogja galeri, Yogyakarta
  2. “Concortorium”, ISI Surakarta, Solo
  3. Seni Indonesia Berkabung, Pkkh UGM, Yogyakarta
  4. “Jogja Calling” International Stickers Exhibition, Radio Boekoe, Yogyakarta
  5. “Ecolustrasi” Geleri R.J Katamsi, ISI Yogyakarta
  6. “Belok kiri Jalan Terus” With Alfredo + Isabel Aquilizan
Ark Galerie, Yogyakarta
  1. “Menjelajah Teknik, Menganyam Gagasan” Dies Natalis XXXI ISI yogyakarta
  2. “Die, Fatalist”, Dies Mortalist ISI yogyakarta
  3. “Artology” Benteng Vredeburg, Yogyakarta
  4. “Segitiga Semangat”,Shelter Galery, Trenggalek
 
  • 2014
  1. “Spirit of Art Show”, Griya Sekar Wangi Galeri, Wonosari, Yogyakarta
  2. “Fun Object”, Taman Budaya Yogyakarta
  3. “Forest Symphony”, Radio Boekoe,Yogyakarta
  4. “Scarity Fest” , Stadion Kridosono, Yogyakarta
  5. “Amateur Youth”, Jogja National Museum, Yogyakarta
  6. Mural Festival Kesenian Indonesia, ISI Yogyakarta
  7. “Warna Warni Peh chun”, Jogja City Mall, Yogyakarta
  8. “Steal if You Dare”, Klinik Kopi, Gejayan, Yogyakarta
  9. “Weekend Ritual”, Galeri Biasa, Yogyakarta
  10. Pameran Bersama ISI-ITB “Equal Liberium”, YPK, Bandung
  11. “Partai Emblem”, Survive Garage art space, Yogyakarta
  12. “Beautifull of Chaos” Galeri Biasa, Yogyakarta
  13. “Kelahiran”, Galeri Soetopo, ISI Yogyakarta
  14. “Stop Komersialisasi Jogja”, Klinik Kopi, Gejayan, Yogyakarta
  15. Ilustrasi Perda teater, ISI Yogyakarta
  16. “Lomba karikatur Menyambut Pemilu 2014”, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
  17. “Peringatan Imlek”, Hotel Duta Wisata, Yogyakarta
  18. “Grebeg Sekaten”, Hotel Duta Wisata, Yogyakarta
 
  • 2013
  1. “Sekatenan Buku”, Lapangan Timur Mc. Donnald, Yogyakarta
  2. “Plasa Ceria” Plasa ISI Yogyakarta
 
  1. Performance
  • 2015
  1. Performance bersama kelompok 5 Rupa, di kompetisi Seni Lukis TK sekecamatan Sewon, 0km Yogyakarta.
  • 2014
  1. Peringatan Hari Pahlawan 10 november “Salam Budaya Pahlawanku” Bersama kelompok LUSA, 0km Yogyakarta
 
 
  1. Script                                    “Ke-rizalan Seorang Rizal” Solo exhibition of Alfin Rizal, Omah alas Art House Jogjakarta.                                                                                              1. Workshop

  • 2015
  1. Peserta “Belok kiri jalan terus“ Ark Galerie Yogyakarta. Bersama Alfredo + Isabel Aquilizan
  • 2014
  1. Pemberi materi pada Workshop Typography dengan teknik cukil kayu, DKV ISI Yogyakarta
 
  1. Organizing
  • 2014
“Salam Budaya Pahlawanku” Sebagai Panitia
“Beautiful of Chaos” Sebagai panitia
“Forest Symphony” Sebagai panitia Bersama kelompok Roemansa Gilda dan Central Orang Utan Protection (COP)
 
  1. Media
  • 2015
  1. As Cover Artist “Showtime #18 : Hitam Putih”
 
  • 2014
  1. Performance “Salam Budaya Pahlawanku”
KR jogja​
http://www.merdeka.com/foto/peristiwa/456623/20141110181741-cara-unik-mahasiswa-isi-yogyakarta-peringati-hari-pahlawan-005-nfi.html
​Rencana Kerja :
Seringkali terdengar di telinga saya, yang menjadi alasan malas membuat karya grafis adalah proses menggrafis tidak sesingkat yang dibayangkan. Ide, pembuatan plate, sampai mencetak adalah proses menggrafis. Bagi beberapa orang termasuk saya, proses menuangkan ide dalam sebuah plate adalah tahap yang menyenangkan tapi, pada tahap mencetak seringkali ada rasa malas yang muncul.
Mencetak sebuah plate menjadi hal yang kurang di sukai saya karena memakan waktu yang cukup lama dan membutuhkan tenaga fisik yang lumayan.
Adanya program residensi ini, memberi sedikit alternatif solusi dalam membangkitkan minat berkarya saya pribadi. Sebagai pemula di dunia seni grafis, saya mencoba mengambil kesempatan residensi ini untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam berkarya.
Pada residensi ini, saya mencoba mengolah imajinasi dan pengalaman pribadi sebagai gagasan dan menggunakan bahasa cetak tinggi sebagai teknik. Memanfaatkan barang apa saja untuk di cetak diatas kertas.
 
Pilihan Hari Kerja :
Selasa (12.30 – 17.00 wib)
Rabu (12.30 – 17.00 wib)
Kamis (12.30 – 17.00 wib)
Jumat (01.30- 17.00 wib)
Sabtu (08.30 – 17.00 wib)
Minggu (08.30 – 17.00 wib)
*jam kerja saya lakukan setelah kuliah, mohon dimaklumi
Aziz Mughni
Yogyakarta, 2015
Picture
Resident #5: KURMA ELDA GUSTRIANTO

Curriculum Vitae

 
Nama                                     : Kurma Elda Gustriyanto
Tempat tanggal lahir           : Kulon progo 9 agustus 1989
Pendidikan                          : 2010- sekarang Minat utama Seni   Grafis Jurusan Seni Murni FSR ISI Yogyakarta
Alamat                                   : Gamping Lor Rt 08 Rw 13 Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta
Telepon                                : 085643509732

Email                                     : kurmaelda@gmail.com

Aktivitas kesenian:
Pameran Bersama
2015

·                     “Mad Science” Raksasaprint studio, Bangsar Baru, Kuala Lumpur, Malaysia

·                     “SISWA” Pra Program Kaleidoskop, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta

·                     “Dari teman-teman” WASH, Jogja Contemporary, Yogyakarta
2014

·                     “Mencetak-tercetak/ Printing & Moulding #1, Komroden Haro studio, Yogyakarta

·                     “Bertukar sapa bertukar karya”Serrum Galeri, Jakarta

·                     “I Do care of you” Latar Kuncung bawuk, Magelang, Jawa tengah

·                      “Cetaksaring Attack” Asmara Art & Coffe Shop, Yogyakarta

·                     “Merayakan Agar-agar” DGTMB Versus project, Yogyakarta

·                     “How To Draw-Reimagine drawing” Gedung Gas Negara & Yayasan pusat kebudayaan, Bandung
2013

·                     “Round Stickers Exhibition” Racily Cafe, Yogyakarta

·                     Pra biennale JIMPF(Jogja International Mini Print festival) Galeri ISI Yogyakarta

·                     “NON EXPRESSION”, Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta

·                     “LET’S STARS” Consigment Exhibition by Young Talented 9 Artists, Waterbank Cafe, Yogyakarta

·                     "Bukan Musik Bukan Seni Rupa", Bersama kelompok PMR (Printmaking Remedy) Gedung Ajiyasa ISI, Yogyakarta

·                     "Nggersulo" Jogja Gallery, Yogyakarta
2012

·                     “Disambar desember #5, Jogja National Museum, Yogyakarta

·                     “Mubal Generation” DGTMB poscart exhibition, Lir Space, Yogyakarta

·                     “Karya Untuk Kawan #4” ART FOR SOLIDARITY, Galeri Nasional, Jakarta

·                     “Future of Us” FKY XXIV, Bersama kelompok PMR collaboration with SAKI, Gedung Museum Bank Indonesia, Yogyakarta

·                     “Artist Proof” Kelompok seni grafis PMR (Printmaking Remedy), Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta

·                     “Pasar senen-lempuyangan” Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta
2011

·                     “Pameran hasil workshop ilustrasi buku cerita anak” bersama Julia Kaergel, Galeri Katamsi ISI, Yogyakarta

·                     “Drawing lovers #3”, Sangkring Art Project, Yogyakarta

·                     “FGB 2011 Reframing Printmaking”, Lawangwangi Art Space, Bandung
2010

·                     “Disambar desember #3 UPT Galeri ISI, Yogyakarta

 

 

 

 

 

 



Rencana Proyek:

Perkembangan teknologi informasi  saat ini  dimana era internet dengan segala fasilitas didalamnya telah memberikan kemudahan bagi siapa saja yang memanfaatkannya untuk berbagai hal dan kepentingan sesuai dengan kemauan. Setiap hari pada setiap detik hanya dengan menekan tombol ‘search’ kita akan mudah menemui berbagai aktivitas mulai dari berita, gosip, informasi acara, referensi dan lain sebagainya, mulai dari yang serius sampai yang main main, mulai dari persoalan publik hingga urusan personal melalui objek tertentu pada konten yang tersedia salah satunya adalah  jejaring media sosial.  

Hampir setiap orang di seluruh dunia memiliki akun media sosial seperti facebook, instagram, twitter, tumblr, pinterst dan sebagainya. Aktivitas banyak orang di media sosial dalam berbagai teks maupun gambar/ visual bertebaran terlampau cepat silih berganti dan akan cenderung membuat orang mudah mendapatkan informasi sekaligus mudah lupa. Kita bisa saja memperoleh informasi penting dari sesuatu yang dianggap tidak penting, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut pada akhirnya menuntut para pengguna media sosial atau sering disebut netizen harus jeli dan fokus dalam menggunakanya sesuai dengan kebutuhan.   

Membaca, mengalami dan merayakan fenomena tersebut, melalui program mini residensi ini untuk membuat karya. Dengan mengambil berbagai citra visual khususnya foto yang bertebaran di media sosial sembari mengabaikan informasi didalamnya, saya mencoba untuk bermain-main merespon dengan menambahi gambar ataupun mengkolasekannya pada obyek lain untuk membangun cerita tersendiri. Layaknya sumber  informasi, melalui suatu karya saya ingin mengajak audiens untuk menemukan sesuatu yang bisa dianggap penting maupun tidak penting dalam karya-karya saya.    

Program mini residesi ini pada awalnya di tujukan khusus pada seni grafis cukil kayu. Namun dalam program kali ini saya berkesempatan untuk memadukan dengan teknik seni grafis yang lain. Pada kesempatan ini saya mencoba mengeksplorasi dengan  menggabungkan teknik cukil kayu dengan teknik silk screen, teknik ini saya pilih karena menurut saya dapat menjangkau mengeksekusikan visual sesuai dengan proses kreatif yang saya lakukan tersebut . Perpaduan dua teknik dengan karakter yang berbeda ini saya harapkan dapat   menciptakan karya-karya seni grafis sesuai dengan gagasan yang ingin saya sampaikan secara khas.  (Kurma Elda Gustrianto)


Artist Talk berdua: Angga Sukma Permana & M. Muhlis Lugis, 22 April 2015, Kebun Bibi Yogyakarta
Picture




Mini Residency #4
Muhammad Muhlis Lugis

Waktu singkat dengan  hasil memuaskan

            Berawal dari obrolan saya dengan Syahrizal Pahlevi di Teras Print Studio ketika melakukan registrasi sebagai peserta pada event Jogja Mini Print Biennale (JMB), beliau menyampaikan tentang program yang diselenggarakan oleh Teras Print Studio berupa Mini Residensi.  Pada kesempatan tersebut beliau menyampaikan tujuan utama Mini Residensi yaitu ingin memberikan kesempatan kepada teman-teman yang memiliki konsistensi serta produktifitas dalam berkarya seni grafis woodcut  yang selama ini dilakukan dengan proses cetak manual untuk dapat berkarya dengan memanfaatkan mesin cetak/pres. Berdasarkan gambaran yang disampaikan tentang Mini Residensi tersebut, maka  saya menjadi tertarik untuk menjadi peserta karena kegiatan residensi ini pastinya sangat bermanfaat bagi saya untuk belajar, dapat memperluas pengalaman berkesenian saya serta meningkatkan kwalitas kekaryaan saya yang baru 2 tahun ini berkarya seni grafis woodcut. Hal lain yang membuat saya tertarik untuk mengikuti residensi ini karena saya akan melakukan atau mengalami sesuatu yang baru di luar kebiasaan saya dalam berkarya selama ini merupakan suatu tantangan yang di dalamnya terdapat berbagai persoalan yang kemudian akan  kita cari dan temukan solusinya.

            Membuat karya dalam waktu 7 sampai 10 hari sebanyak 3 sampai 5 karya dengan  waktu yang diberikan untuk bekerja di studio dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore  merupakan salah satu tantangan saya dalam pelaksanaan Mini Residensi ini, karena  rentang waktu yang diberikan  tersebut bagi saya termasuk sangat singkat walaupun karya yang dibuat berukuran di bawah 20x20 cm. Tantangan waktu tersebut mendorong kita untuk bekerja secara efisien namun hasil yang diperoleh tetap memuaskan.

            Menentukan bentuk visual karya merupakan pekerjaan yang lebih awal saya lakukan sebelum saya mencukil pada hardboard. Penentuan bentuk visual karya termasuk bagian yang tidaklah mudah serta menyita  waktu sehingga untuk mengefisienkannya saya mamfaatkan waktu ketika berada di rumah untuk berpikir, berkontemplasi, serta melakukan improvisasi dengan membuat sket-sket di atas kertas. Sket-sket yang telah saya buat tersebut kemudian  saya pilih untuk dipindahkan ke hardboard yang akan dicukil pada saat sudah berada di studio Teras.

            Cara saya dalam  mencukil selama ini termasuk  sangat lambat karena setiap garis-garis yang saya buat dari bekas pisau cukil selalu mempertimbangkan tebal tipis serta arah garisnya untuk mendapatkan dimensi gelap terang. Proses mencukil ini juga merupakan bagaian yang sangat banyak menyita waktu bahkan saya menghabiskan waktu sehari hanya untuk mencukil sehingga untuk mengefisienkannya saya juga harus melakukanya di luar waktu residensi yaitu ketika berada di rumah.           

             Mencetak  karya woodcut dengan menggunakan mesin cetak/pres merupakan suatu yang baru bagi saya karena selama ini hanya melakukan dengan cara manual dengan menggosok menggunakan benda-benda tumpul. Setelah saya mendapatkan pengetahuan dan instruksi cara menggunakan mesin cetak/pres oleh Syahrisal Pahlevi  ,dengan rasa penasaran saya akhirnya berhasil mendapatkan hasil cetakan yang maksimal. Menggunakan mesin cetak /pres  tersebut ternyata dapat menghasilkan karya yang maksimal tanpa harus membutuhkan energi untuk menggosok serta waktu yang lama  seperti ketika mencetak dengan cara manual.

            Karya yang saya buat  dalam residensi ini terdiri dari 3 karya hitam putih dan 2 karya yang berwarna. Sebelum mengikuti residensi ini saya hanya selalu membuat karya hitam putih dengan satu plat, namun Syahrisal Pahlevi menyarankan kepada saya untuk membuat karya yang berwarna dengan teknik reduksi dan multi plat. Pada waktu membuat karya dengan teknik reduksi saya sempat bingung untuk menentukan bagian yang mesti dicukil untuk setiap warnanya serta pada saat saya memberikan warna sebelum mencetak pada plat tidak secara menyeluruh pada permukaan plat tetapi hanya sesuai bagian warna yang saya inginkan sehingga hal tersebut mempengaruhi hasil karya yang saya buat. Waktu membuat karya dengan multi plat saya tidak terlalu menemukan kendala setelah melalui proses dengan teknik reduksi  saya dapat memahami prosesnya. Karya yang dihasilkan dari Kedua teknik pembuatan karya berwarna tersebut memiliki keunikan dan karakter yang berbeda.

            Pada waktu membuat karya yang berwarna dengan teknik reduksi dan multi plat, saya sangat sulit untuk dapat mengefisienkan waktu pada saat mencetak karena sifat tinta cetak yang lama kering serta kondisi cuaca pada saat itu selalu mendung bahkan hujan sehingga untuk mencetak satu warna saya harus menunggu pengeringan sampai sehari untuk mencetak warna selanjutnya. Saya sempat mencoba mencetak dalam kondisi warna sebelumnya dalam kondisi sedikit mulai kering namun hasil cetaknya kurang bagus karena mempengaruhi warna yang dihasilkan menjadi buram dan tidak pekat.

            Hal yang sangat berharga bagi saya dalam proses residensi ini yaitu obrolan dan interaksi saya dengan Syahrizal Pahlevi serta pengunjung studio Teras karena melalui obrolan tersebut banyak pengetahuan yang dapat menjadi referensi serta masukan yang menjadi bahan evalusi bagi saya khususnya terhadap peroses berkarya saya.

Penulis
M. Muhlis Lugis


Picture




Mini Residency #3

Angga Sukma Permana (Kulonprogo, 29 Nov 1985), Lulus S1 Seni Grafis ISI Yogyakarta dan baru saja lulus program Pasca Sarjana ISI Yogyakarta (2014). 

REVIEW
Mini Residency #3 TERAS PRINT STUDIO
“Berusaha Menikmati Waktu”
oleh Angga Sukma Permana

Pendahuluan
Waktu dan hukum relativitas yang menyelimutinya pada dasarnya adalah suatu misteri yang belum dapat dipecahkan manusia secara nyata. Einstein memang telah merumuskan hukum tentang relativitas ini tapi pada realitasnya tetap tidak mampu memberi hitungan nyata pada relativitas realias yang sering kita temui. Gambaran gampangnya sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari; misalnya saat menunggu mengerjakan tugas ujian semester yang menumpuk karena setiap dosen memberikan tugas yang cukup banyak, waktu yang diberikan satu minggu. Hal yang dirasakan tentu adalah waktu yang seakan sangat cepat berlalu dan serasa waktu tidak mencukupi lagi berbeda keadaannya saat berlibur disuatu tempat yang sangat menyenangkan, waktu satu minggu yang ada juga terasa cepat berlalu tapi kualitas dari waktu itu memiliki efek yang memberikan kepuasan. Lain halnya jika liburan yang dilakukan ditempat yang tidak disukai, waktu akan serasa sangat lama dan membuat frustasi. Mematahkan setiap semangat dan angan-angan yang ada. Hal inilah yang disebut dengan relativitas waktu dan keadaan ini menjadi sebuah pengalaman yang saya alami belum lama ini saat mengikuti sebuah mini residensi.

Program Mini Residensi oleh Teras Print Studio (TPS) yang saya ikuti mulai tgl 3-14 November 2014 kemarin menjadi sangat menarik bagi saya. Selain dalam residensi ini mewajibkan pembuatan karya harus berbasis teknik cukil kayu juga karena waktu yang diberikan cukup singkat yaitu antara 7-10hari. Dimana agenda diluar residensi ini juga terbilang tidak bisa dianggap sebelah mata. Bersamaan dengan kegiatan residensi tersebut, saya juga harus melakukan UTS mata kuliah cetak saring dari mahasiswa MSD pada tanggal 6-7 November. Belum persiapan dalam pembuatan karya untuk pameran Rupa-rupa seni Rupa, yang datelinenya bersamaan dengan pembuatan karya cukil berukuran 122x150cm yang dipesanan oleh Dody Oktavian. Keadaan ini tentu sempat membuat saya agak frustasi, karena waktu seakan tidak mencukupi untuk menyelesaikan semuanya tepat waktu dan dengan kualitas yang baik.

Beberapa kegiatan dan waktu yang mendesak ini justru menjadi tantangan baru dalam residensi ini. Hal pertama yang menjadi perhatian saya selain dari pengaturan waktu tentu juga yang tidak kalah penting adalah suasana baru di lokasi yang baru. Lokasi baru berarti problem baru, sebuah problem yang intensitasnya lebih pada pencapaian rasa nyaman dalam berkarya. Dalam keadaan apapun hal ini penting, karena rasa nyaman akan membuat waktu seakan menjadi lebih bersahabat. Rasa nyaman itu harus muncul karena proses mencukil karya yang biasa dilakukan di studio dengan ritme kerja yang sudah biasa tiba-tiba berubah dan harus dilakukan sesuai dengan keadaan yang ada di TPS. Adanya penyelarasan energi dengan keadaan baru pada dasarnya harus mampu dilakukan jika tidak ingin fokus dan proses berkarya menjadi terganggu.


Keadaan ini mengharuskan langkah pertama yang saya ambil dengan memutuskan membuat sket pada hardboard pertama berukuran 10x15cm di studio saya pagi hari tanggal 3 November sebelum saya menuju TPS. Sket tersebut menjadi karya yang saya beri judul Bergulat. Hal ini menjadi penting karena sebelum proses penyesuaian itu bisa berjalan baik, karya harus juga mulai dibuat. Dengan dibuat lebih dahulu, masa vacum karena blank dapat diminimalisir dampaknya. Karena ketika proses mencukil sudah dimulai, maka secara tidak sadar energi tubuh berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lokasi baru dan dengan begitu mendorong hormon dalam tubuh untuk menciptakan rasa nyaman baru. Dengan begitu secara perlahan tapi pasti, proses kreatif yang dimulai tidak akan ada kendala dan waktu juga lebih bersahabat. Dalam artian waktu yang saya alami dalam membuat karya di TPS tidak terasa lama dan membuat semangat hilang, tapi kualitasnya mencukupi untuk menyelesaikan karya-karya saya.

Mengapa waktu disini menjadi sangat penting kualitasnya, karena saya harus bisa menggunakan waktu se-efisien mungkin. Baik ketika residensi, menilai tugas mahasiswa yang cukup banyak sehingga harus dibawa pulang, membuat karya untuk pameran Nandur Srawung sekaligus menyelesaikan pesanan karya cukil kayu. Dimana dateline keempat kegiatan tersebut harus selesai bersamaan, yaitu tanggal 14 November. Karena alasan inilah waktu harus digunakan se-efisen mungkin, tanpa mengurangi waktu untuk melakukan rutinitas kegiatan lainnya yang juga tidak kalah penting.

Setelah sampai di lokasi dan berhasil mensinergikan pikiran dan keadaan di lokasi, maka setelah berhasil menyelesaikan mencukil karya Bergulat karya kedua langsung saya sket dan cukil disana. Karya ini yang saya beri judul Fly. Kemudia pada hari berikutnya saya kembali membuat sket dan cukilan dilokasi dan menghasilkan karya yang berjudul Huru-hara. Hal ini terjadi karena rasa nyaman yang saya cari sudah saya dapatkan sehingga dua karya tersebut mampu disket dan dicukil di lokasi tanpa ada kesulitan. Ketiga karya tersebut pada akhirnya saya buat dengan teknik multiklise, yang terdiri dari satu klise outline, satu klise reduksi dan satu klise second line. Hal yang sama saya berlakukan pada ketiga karya tersebut, termasuk dalam jumlah warna yang saya gunakan pada teknik reduksi. Karena ketiga karya ini pada dasarnya saya buat dengan mesin pres yang bisa mencetak ketiganya secara bersamaan. Tentu hal ini bisa dilakukan karena adanya mesin pres cetak dalam yang membuat proses cetak lebih cepat dan bisa sekali jadi.

Ketiga karya ini saya buat dalam waktu 5hari, yaitu senin, selasa, sabtu, senin dan selasa dari mulai jam 9.30-15.00 WIB. Selain karena mengejar tenggat waktu yang disediakan oleh Teras, saya juga berlomba dengan dateline karya untuk pameran dan pesanan. Hal ini membuat saya tidak bisa lebih leluasa bereksplorasi dengan media dan mesin pres yang disediakan Teras. Tapi tidak sama sekali mengurangi fokus saya dalam bekerja.

Dihari yang keenam dan ketujuh, yaitu kamis dan jumat saya manfaatkan waktu saya residensi sebagai ajang pengenalan teknik cetak cukil kayu mahasiswa cetak saring di MSD yang pada dasarnya 90% belum mengetahui tentang metodenya. Pada dua hari ini juga saya gunakan waktu untuk membuat sket dan karya cukil hitam putih yang saya beri judul Studio Pahlevi #1 dan Studio Pahlevi #2. Berbeda dengan ketiga karya yang sebelumnya yang saya buat dengan kebiasaan saya, kedua karya ini saya lebih tekankan pada emosi yang saya rasakan saat menunggu mahasiswa bercampur tekanan karena pekerjaan yang harus saya selesaikan pada hari jumat itu. Sehingga kadua karya terakhir saya lebih terlihat seperti sketsa yang penekanannya pada kesan impresinya saja.

Dilain sisi, banyak obrolan dan interaksi dengan Syahrizal Pahlevi sebagai pemilik studio yang banyak memberikan ide baru dalam kreatifitas saya yang belum bisa saya aplikasikan pada saat residensi, tapi menjadi kekayaan reverensi dalam kamus saya. Bagi saya, satu tantangan ini membuat saya menjadi lebih bersemangat lagi dalam berkarya, karena dengan waktu yang minim manusia mampu dipaksa berpikir kreatif, maka sudah seharusnya saya harus bisa lebih kreatif lagi. Hal ini menjadi inti pokok yang bisa saya serap selama residensi berlangsung.

 

 

Picture

Mini Residency #2: 
Ariswan Adhitama/Agustus-September 2014
“LOOK FOR TROUBLE”
            Menjadi nyaman dan mapan adalah cita- cita semua orang dalam proses kehidupan yang mereka jalani, tapi sebenarnya hal tersebut tidak menjamin pribadi seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kondisi nyaman seringkali menbuat seseorang berhenti pada titik tertentu. Banyak mata menjadi buta karena sudah merasa nyaman atau banyak hati yang menjadi beku karena sudah merasa mapan.
            Dalam mini residensi ini secara  konsepsional saya ingin menyampaikan bahwa “mencari masalah” menjadi penting dan hal tersebut berlaku dalam segala hal yang kita jalani di kehidupan kita. Menemukan masalah, mencari pemecahannya dan menemukan jawaban adalah sebuah proses yang sangat alami untuk mendapatkan sebuah pelajaran berharga.
            Semangat “mencari masalah” ini akan saya aplikasikan juga dalam berkarya seni grafis. Secara teknis seni grafis dibatasi oleh aturan-aturan konvensional yang sebenarnya masih mempunyai banyak celah atau peluang untuk dieksplorasi. Melakukan percobaan–percobaan dalam hal teknis akan menghasilkan kejutan visual yang selalu dicari para pegrafis dalam proses berkarya. Dalam mini residensi ini saya akan berkarya dan bereksplorasi dengan teknik woodcut print multi klise dan woodcut print reduksi, atau mungkin nanti saya akan menggabungkan kedua teknik tersebut dalam satu karya. Fasilitas mesin cetak/ mesin pres di Teras Print Studio juga memungkinkan saya untuk lebih banyak belajar mencetak menggunakan mesin pres, karena selama ini saya berkarya/ menggrafis lebih sering menggunakan teknik cetak manual. Pada kesempatan ini tentunya saya akan menemukan efek-efek baru, kejutan-kejutan visual yang baru dan pastinya saya akan mendapatkan  masalah-masalah teknis yang belum pernah saya alami. Masalah-masalah ini yang kemudian akan merangsang daya pikir saya untuk mencari dan menemukan jalan keluar. Pada akhirnya keseluruhan dari proses ini akan memberi energi positif yang akan menjaga api berkesenian saya tetap menyala.

(ariswan adhitama a.k.a nyameng) 

Biodata Perupa
Nama              : Ariswan Adhitama
TTL                : Kulon Progo, 19 Agustus 1982
Pendidikan     : S1 Seni Rupa ISI Yogyakarta
Alamat            : Beteng, Rt 64/ Rw 16, Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, D.I.Yogyakarta,
HP                   : 081 328 243 419
Email              : ariswan_adhitama@yahoo.com

 Pameran Tunggal
      “IN REPAIR” Monoprint Solo Exhibition Ariswan Adhitama, Bentara Budaya
       Yogyakarta, 22 – 30 November 2010

Pameran Bersama\
2012
-          “Academic Treasure”, UPT Galeri ISI Yogyakarta
-          “Tanda Mata IX”, Bentara Budaya Yogyakarta
-          “Paper and Food #2” , Blush 24 Café, Yogyakarta
-          “Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat”, Jogja Nasional Museum, Yogyakarta.
-          “Maximum City” Jakarta Biennal XIV, Central Park Mall, Jakarta.
-          “Paper and Food”, Rumahku Art Cafe, Magelang.
2011
-          “Imaji-Imaji”, Phillo Art Space, Jakarta.
-          “Hardboard Cut #2”, Galeri Minimalis Kedai Belakang, Organized By Koloni Cetak   
  Printmaking Society.
-          “Fresh From The Oven”, Galeri UPT ISI Yogyakarta
-          “Robot Imajiner sebagai Visualisasi Pengalaman Pribadi”,
  pameran tunggal seni grafis ( Pameran    Tugas Akhir), Galeri Katamsi ISI Yogyakarta
-          “Keberagaman dan Toleransi”, Syang Art Space, Magelang
2010
-     Residencial Art, “Nature Art Symposium” , Farkasko NBME Programok, Noszvaj,
       Hungaria
-     “Nature Art Exhibition”, KisZsinagoga Gallery, Eger, Hungaria
-     “Contemporaneity, Biennal Indonesia Art Award (IAA) 2010” Galeri Nasional Indonesia 
(GNI), Jakarta
-     “Monoprint, In Between Stream” Jakarta Art District, Grand   Indonesia Shopping Town, Jakarta. (organized by Andi’s Gallery)
-      “Hi Grapher” (Festival Grafis 5 Kota), Jogja Nasional Museum, Yogyakarta
-     “Bank Bank Krut” Bentara Budaya Yogyakarta
2009
-  “Exposigns” 25 Tahun ISI Yogyakarta, Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta
 -  “Exploration of Creativity”, D’Peak Art Space, Jakarta
 -  “Drawing Lovers”, ISI Yogyakarta
 -  “Trienal Seni Grafis Indonesia III 2009” Bentara Budaya Jakarta, Bentara Budaya Bali,
      Bentara Budaya Yogyakarta.
-  “ASYAFF 2009” (Asian Students and Young Artists Art Festival), with Gallery
     LVS, Seoul Railway Station Old Building, South Korea.
 -  “Bordeless World” Taman Budaya Yogyakarta. (organized by Srisasanti Gallery)
 -  “Rai Gedheg” Bentara Budaya Yogyakarta
                             Bentara Budaya Jakarta
                             Perpustakaan umum dan Arsip Kota Malang
                             Orasis Gallery, Surabaya
-  “Wajah-Wajah 2009” Wates, Kulon Progo
 -  “Guru Oemar Bakrie” Jogja Gallery, Yogyakarta
 -  “Reborn”, H2 Art Gallery, Semarang
 -  “Robot – Robotic”,Taman Budaya Yogyakarta
 -  “Feromon”, Bentara Budaya Yogyakarta
 -  “Indonesiana”, Galeri UPT, ISI Yogyakarta
 -  “KetikREGmanjur”, Sangkring Art Space, Yogyakarta
 2008
 -  “The Highlight”, Jogja Nasional Musium, Yogyakarta
 -  “Dies Natalis XXIII”, Galeri UPT, ISI Yogyakarta
 -  “BOOM SENI GRAFIS 2008”, Galeri Biasa, Yogyakarta
-  “DepARTemen Sosial”, Galeri Biasa, Yogyakarta
2007
 -  “Dies Natalies XXII”, Galeri UPT, ISI Yogyakarta
 -  “HAVE FUN”, Taman Budaya Yogyakarta
 -  “Instalansi BUMI MURKA”, ISI Yogyakart
2006
 -  “NISBI”, Galeri Katamsi, ISI Yogyakarta
 -  “TRADE ISI”, Benteng Vredeburg, Yogyakarta
Penghargaan
2008 Best Artwork “Tanama Award 2008”, Galeri Biasa, Yogyakarta
2009 Finalist “Triennal Seni Grafis Indonesia III” 2009, Bentara Budaya
2010 Special Mention “Biennal Indonesia Art Award 2010”, Galeri Nasional  Indonesia, Jakarta
2012 Juara III Kompetisi Desain Batik Khas Kabupaten Kulon Progo

REVIEW

Look For Trouble


By Ariswan Adhitama

                 Tujuan saya dalam Mini Residensi di Teras Print Studio kali ini ternyata sesuai dengan harapan saya, Masalah pertama muncul bukan tentang teknis berkarya grafis tapi tentang kelangkaan BBM, yang membuat saya selalu terlambat datang ke Teras Print Studio (TPS) karena  harus mengantri di SPBU, sedangkan tempat tinggal saya di kulon progo yang berjarak ± 35 km dari TPS. Selanjutnya adalah pembatasan waktu residensi maksimal 10 hari menjadi tantangan saya untuk memanajemen waktu saya dengan baik, setiap hari saya bekerja ± 7 jam dimulai dari  pukul 09.30 s/d pukul 16.30, setelah 9 hari saya berhasil membuat  5 buah karya woodcut print  multi klise dan reduksi dengan ukuran 20 cm X 20 cm sejumlah 3 karya dan 2 karya lainnya berukuran 20 cm X 25 cm.

                Masalah yang sebenarnya ingin saya cari  saya dapati di hari kedua bekerja di TPS, dimana teknik reduksi mengharuskan kita untuk menunggu tinta cetak / warna pertama kering sebelum menumpuk dengan warna selanjutnya, sedangkan waktu yang singkat mengharuskan saya untuk bekerja cepat dan tidak mungkin menunggu tinta cetak kering sempurna yang memakan waktu 10 – 12 jam. Berkaitan dengan hal tersebut saya mencoba untuk mencetak karya reduksi dengan cara menumpuk cat yang belum kering dengan cat yang baru, teknik ini sebenarnya tidak efektif ketika dilakukan dengan teknik cetak manual (injak/gosok) karena cat lapisan sebelumnya justru yang akan terangkat dan karya menjadi rusak, namun ketika saya lakukan dengan mesin pres etching ternyata berhasil karena tekanan yang rata pada klise, dengan catatan masing-masing lapisan cat harus relatif tipis dan tekanan pada mesin pres juga harus seminimal mungkin agar cat lama tidak ikut terangkat, konsekwensinya warna yang dihasilkan akan kurang tajam karena cat yang baru akan bercampur dengan cat sebelumnya yang setengah kering.

                Setelah sedikit banyak memahami teknik pemakaian mesin cetak maka saya lanjutkan dengan eksplorasi cukilan, pada karya pertama dan kedua saya menggunakan karakter cukilan acak dan pembagian warna seperti kebiasaan saya ketika berkarya woodcut print multi klise tapi untuk karya yang lain saya mencoba berbagai karakter cukilan dan pembagian warna yang beragam, saya menggunakan 1 - 3 plat yang semuanya saya reduksi.

                Dialog dan diskusi adalah hal yang paling menarik dalam mini residensi ini, keberadaan Syahrizal Pahlevi memberi banyak wawasan tentang seni grafis ataupun seni rupa. Disela saya bekerja juga selalu ada waktu untuk berdiskusi tentang karya-karya yang sedang saya kerjakan, suasana itulah yang memberi energi saya untuk berkarya dengan penuh semangat dan juga memberi penyegaran untuk rutinitas saya yang selalu berkarya di studio saya  sendiri.

Terima kasih Syahrizal Pahlevi, terima kasih Teras Print Studio.

Picture
Mini Residency #1
"Self Portrait"
SADAT LAOPE
Februari 2014
Proyek: Eksplorasi Woodcut Warna
Deskripsi: Woodcut color Plan : membuat karya miniprint dengan teknik cukil kayu berwarna Waktu: minggu ke-2 bln februari. Durasi 1 minggu. Bahan: kertas,hardboard/MDF, tinta cetak (merah, kuning, biru).
Tema: "Self Portrait"

Curriculum Vitae / Sadat Laope 
Born    :  Luwu Timur,South Sulawesi,11 june 1982
Address :  Sanggrahan no.281 DK X, Ngestiharjo,Kasihan,Bantul, Yogyakarta,55182.
Phone: (+62) 815 14184 113          
E-mail : sadataco@yahoo.com

Education:
2009     Bachelor Visual Of  Fine Art, Indonesian Institute of Art, Yogyakarta,Indonesia.

Solo Exhibitions:
2010    It’s Time To Sleep,  Kedai Kebun Forum, Yogyakarta,Indonesia.
2008     Ingat, Indonesian Visual Art Archive, The Hobby Studio, Yogyakatra,Indonesia.

Selected Group Exhibitions :
2013    JIMPF 2013,jogja international miniprints biennale,galeri ISI,Yogyakarta,Indonesia
               balance,drawing competition & exhibition,NCCA gallerie,Darwin ,Australia.
2012   “ tomorrow never knows “,aruna la luna,Yogyakarta,Indonesia.
              Recycle Manga  a comics workshop/exhibition,Lir Cafe,Yogyakarta,Indonesia.
2011     Realitas Belum Selesai? /Reality is Not Yet Over? held by Ketjil Bergerak & Omah Panggung    ,                Yogyakarta,Indonesia.
2010     Hi Grapher, Jogja National Museum, Yogyakarta,Indonesia.

Review

selfPortraits
art residensi @Terasprint studio
by: Sadat Laope

Mini artresidensi berlangsung dari tanggal 15-23 februari 2013,sempat tertunda selama 3 hari karena hujan abu kelud yang sampai ke Yogya,sehingga residensi baru bisa dimulai di tanggal 17,pada residensi ini saya mencoba 2 macam gaya ber-cukil kayu oil base dan waterbase,saya mencoba kedua medium ini untuk membandingkan sensasi antara keduanya; dimana oilbase banyak berkembang di Negara-negara eropa dan waterbase di Asia khususnya Jepang
Proses berkarya yang sebelumnya hanya menggunakan alat gosok sendok bergeser dengan mencetak menggunakan mesin,proses cetak tradisional/manual tanpa mesin memakan waktu relative lebih lama dibandingkan menggunakan mesin,sedangkan dengan mesin cetak lebih menghemat waktu 3 kali lipat.
Seni cukil kayu menggunakan teknik reduksi dengan mengurangi perlahan-lahan bidang cetak  dan melakukan pewarnaan dengan menggunakan tinta,hanya menggunakan 1 klise saja- sementara water base atau mokuhanga seperti sebuah pengalaman baru bagi saya,menggunakan cat poster dengan tahap pewarnaan menggunakan kuas dengan alat gosok menggunakan baren atau alat khusus yang mungkin memang diciptakan untuk proses mokuhanga ini. Objek yang saya pilih adalah  wajah saya sendiri untuk keduanya,hal ini dimaksudkan sebagai pengalaman  saja untuk menggambar wajah diri sendiri, dan ekspresinya.
Dalam residensi ini tercipta membuat 3 buah karya :
1.       Ascend/descends.
2.       Me…?
              Oil base woodcut prints
3.       I’am
water base/mokuhanga                                                                                                          Yogyakarta,February 2014

Powered by Create your own unique website with customizable templates.