Pameran Tunggal Drawing
‘PLAYING WITH TIME’
Oleh Rona Narendra
27 September – 12 Oktober 2019
Penulis: A. Hernawan
Pembukaan: Jumat, 27 September 2019, pukul 16:00
Dibuka oleh Yuswantoro Adi
Music performance: Kiranja
Jam buka: Senin – Sabtu, pukul 10:00 – 17:00
Waktunya Bermain dengan Rona Narendra
Semasa kecil, seperti kebanyakan kita ketika bocah, Rona Narendra mendapat cerita
dan bermain-main dengan membayangkan figur manusia dari sesuatu yang amat dekat
dan sederhana dari diri kita; dari tangan dan jari-jari kita.
Dua jari--tangan dan jari telunjuk--menjelma jadi kaki, lantas berjalan ke sana kemari,
sesuai mau dan imajinasi kita. Dari kenangan itulah, Rona membangkitkan imaji masa
silam itu ke wujud karakter-karakter yang (tampak) menggemaskan, di dunia dan gaya
yang meriah, festive, tapi sekaligus seolah masa bodoh dengan ingar-bingar semua itu.
Tangan-tangan yang hidup itu, dengan tiga jari sebagai kaki, bibir yang lebar atau
mulut ndlongop, mata dengan bulu yang lentik dan tatapan sayu, hidung lancip, seolah
akan muspra jika hanya tergantung di atas televisi di rumah bergaya jawanya yang asri
di Kasihan, Bantul, itu sejak 2012.
Namun, seperti tampak pada figur-figur karyanya itu, sarjana seni kriya ini seolah
menerobos sembari bermain-main dengan waktu, berkelindan di antara
“penampakannya” yang selo dan jadwal yang padat dalam memanfaatkan ke-selo-an itu
sebagai ilustrator, desainer grafis—bidang yang diminatinya sejak dulu--dan perajin
batik digital.
Alhasil, karya “manusia driji” itu baru lahir lagi pada 2016 dan dua tahun ini. Tak lagi
cuma bermain dengan ilustrasi serba-meriah dan ceria, Rona kini menafsirkan
sepenggal cerita di epos abadi Ramayana, yakni saat Rahwana dan Jatayu berebut Sinta.
Di karya bertajuk “J Vs R” ini, energi dan ketelatenannya tampak melimpah pada detail
titik dan garis dari pulpen sebagai isen-isen ilustrasi.
Menafsirkan kisah abadi yang tak lekang oleh waktu ini barangkali cara Rona bermaindalam
gaya dan tema karyanya: bermain-main pada suatu momen (baca: waktu) serius
dengan respons manasuka. Fragmen Sinta Obong yang sakral pada karya berjudul
“Burned Lady” misalnya, Rama sudah siap dengan tabung pemadam dan balon udara
‘911’ melayang di atasnya, seakan siap menawarkan bantuan.
Selain epos Ramayana yang menampilkan Sinta, Rona juga bermain dengan dongeng
dan mitos yang--entah sengaja atau tidak—menampilkan sosok perempuan kuat
semacam Dewi Sri dan Rara Mendut. Di lini ini, ada pula parodi karya klasik Sandro
Botticelli “The Birth of Venus”.
Di atas kanvas, meski ilustrasinya meriah, Rona memilih cat air yang simpel sekaligus
mengesankan sikap jujur atau cuek dari karakternya. Warna-warni itu terasa pas, apa
adanya, dan tak berpretensi mencari perhatian.
Kesan yang sama juga saat Rona memilih pensil warna aquarel di tiga karyanya di atas
panel kayu pinus: “Ayo Sekolah” yang menukil ilustrasi buku belajar membaca di masa
Orde Baru, dengan si siswa yang memegang ponsel (ungkapan aktivitasnya mengurus
sekolah alternatif yang turut dirintisnya selama dua tahun ini), “Bow and Arrow”
tentang kedua anaknya, dan “You and Me” yang bisa langsung ditebak sebagai Adam
dan Hawa yang memetik buah terlarang di Taman Eden.
Pada karya "You and Me" ini, Rona tak akan menyalahkan tebakan tafsir itu. Namun ia
punya permainan tersendiri yang tak akan membuat pemaknaan Adam-Hawa di
karyanya itu sepenuhnya benar. Apalagi karya tentang sepasang laki-perempuan tak
cuma satu: ada Rama-Sinta, parodi American Gothic yang memeable itu (kali ini si pria
bertongsis, bukan garpu rumput), serta ‘foto keluarga’ dari pasangan dan dua bocah di
“Family Portrait of The King”.
Di semua karyanya, Anda perlu mengamati--boleh secara jeli atau sambil lalu--dan
masuk ke dalam permainan Rona yang mengasyikkan untuk mencari atau menebaknebak
jejak pribadi Rona (tentu kini bersama keluarganya) melalui driji-driji yang polos
itu beserta ubarampe yang amat dekat dengan keseharian kita: dari cutter, penggaris,
dingklik, dolanan anak, hingga "anjing-anjing" imajiner.
Sebuah permainan keluar-masuk dari karya (temanya yang timeless dan tarikan
eksekusinya yang seakan suka-suka, lucu-lucuan) lantas ke si perupa yang mengabaikan
batasan-batasan semacam tenggat dan target dalam berkarya.
Lima karya termutakhirnya yang bertajuk tajuk “Self Portrait “—yang secara segar
menunjukkan kepekaannya pada alam dan medium seni lantaran memanfaatkan tas
kresek putih bekas sebagai kanvas--mungkin bisa menjadi hint atau petunjuk untuk
mengenal lebih dekat Rona dan bermain-main dengan karya dan dirinya, dan bermainmain
dengan waktu bersamanya.
A.Hernawan
Guwosari, 22 September 2019
Cv
Rona Narendra
Tanggal Lahir: 23 November 1976
Pendidikan: Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta.
Telepon: +62 811 257 175
e-mail: [email protected]
Alamat: Kembaran, RT 08 no 01. Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Pameran:
2008 - Pameran “Jogja Deathmatch”, Roommate Gallery, Yogyakarta
Symposium Internasional Temulawak Ke 2, IPB - Bogor.
Aktif sebagai ilustrator, desainer batik dan desainer gras.
2012 - Pameran Bersama "Perupa Kartini", Gedung Kartini, Jepara
2016 - Pameran “Drawing bertema Wayang”, Taman Budaya Yogyakarta
2009 - Pameran Komik, “Pacu Jantung” bersama Mulya Karya, Yogyakarta
2011 - Runner Up Kompetisi Desain Batik bertema Jamu dalam rangka
- Pameran “Bohemian Carnival”, Galeri Nasional, Jakarta
- Pameran “Yaa-Siin: The Untranslatable”, Jogja Gallery, Jogjakarta.
- Pameran Instalasi "Colak-Colek Bikin Rindu", FSR ISI Yogyakarta.
Penghargaan
- Pameran Seni Rupa "Live in Life", V-Art Gallery Café, Yogyakarta.