
Pameran Tunggal Lukis Eksperimental – Karya Nur Aziz
Perjalanan waktu yang semakin kesini memang semakin memicu penalaran tertentu bagi para perupa. Bukan sebagai orang yang pertama dalam suatu hal, akan tetapi menjadi perupa yang semakin berani mengangkat gagasan atau menuangkan ungkapannya secara gamblang bukanlah hal yang sepele. Sejatinya, arus zaman dan tren seni rupa terkini yang terikat pada era kontemporer juga memberi pengaruh kepada para seniman/perupa dalam eksplorasi berkeseniannya. Tak terkecuali Nur Aziz, seorang perupa muda kelahiran Temanggung, 20 Agustus 1996 yang berdomisili di Yogyakarta, menggeluti dunia seni lukis eksperimental dalam beberapa waktu terakhir dan memutuskan untuk melancarkan pameran solo perdananya dengan tajuk “OYOT”.
Oyot yang berarti akar adalah hasil dari proses kontemplasi Aziz dimaksudkan sebagai simbol yang memaknai langkah pertamanya dalam berbagai hal termasuk kegiatan berkesenian yang ia tekuni. Segala permasalahan kehidupan yang termasuk didalamnya berkarya memiliki alasan-alasan yang mendasarinya. Aziz cenderung mencipta karya dengan eksplorasi media yang terinspirasi dari seni rajut yang memberikan kesan tersendiri pada karyanya. Secara umum karyanya merupakan lukisan abstrak dengan media lukis berupa kanvas dan cat akrilik. Uniknya ia menggabungkan seni rajut dalam komposisi lukisannya. Penempatan rajut pada karyanya bukan sembarang, tetapi memang Aziz sengaja memilih kanvas-kanvas yang tidak utuh dan memanfaatkan rajut untuk menyempurnakan bidang pada media lukisnya. Disitu dapat terlihat pula bagaimana Aziz sebagai seorang perupa memiliki sudut pandangnya sendiri dalam memilih media dan bahan untuk berkarya.
Membaca karya-karya perupa seperti Aziz adalah semacam refleksi terhadap eksplorasi yang semakin liar dengan mencipta karya lukisan yang dibumbui keteknikan instalasi. Walaupun pada dasarnya karya seni instalasi merujuk pada visual perupaan 3 dimensi, tetapi dalam hal teknis bisa disatukan dengan kemampuan merangkum persepsi dan pengolahan ide dan medium-medium yang ada, sehingga saya menyebut karya-karya seperti ini sebagai karya instalasi 2 dimensional. Melihat beberapa dari karyanya memang terlihat cukup sederhana dari segi visual, tetapi pada visualisasi tersebut secara umum Aziz menyajikan pemaknaan tertentu mengenai dasar pengangkatan gagasan hingga proses penyajian karya. Warna-warna yang mengabstraksi bidang lukisannya menguatkan hubungan simbolik antara ide dan pencapaian makna.
Dalam obrolan saya bersama Aziz, ia menjelaskan pemaknaaan yang merujuk pada cara ia memanfaatkan alam menjadi salah satu elemen estetis sebagai sebuah ungkapan terimakasih kepada alam yang banyak memberikan manfaat bagi manusia. Tali yang digunakan untuk variasi rajutan adalah tali rami yang berasal dali bahan-bahan alami seperti kulit pohon ataupun serat-serat tanaman. Aziz memilih tali alam sebagai kiasan asal mula terciptanya kanvas, dan ini merupakan respon imaji terhadap historis sebuah media yang digunakan, Aziz memandang kanvas sebagai media yang memiliki historis yang dihubungkan dengan tali rajutan yang diaplikasikan pada karyanya dan menjadikan nilai historis itu sebagai unsur yang menyempurnakan karyanya.
Kembali pada pemaknaan sang perupa, Nur Aziz terhadap tajuk “Oyot” ini, sebuah tindakan awal yang meng’akar’i atau mendasari langkah-langkah selanjutnya menjadi motivasi tersendiri sebagai seorang perupa yang berusaha menyajikan ungkapan terhadap realitas dengan bentuk abstrak namun memiliki daya eksplorasi bermakna yang patut diapresiasi menjadi pengalaman estetis bagi kita semua sebagai khalayak seni.
Andy Junaedi