“DIARY SENI”
Pameran seni rupa Joko ‘Toying’ Widodo
(94 Astist books, paintings, sculpture and mixed media)
6 – 25 Oktober 2017
MIRACLE PRINTS Art Shop & Studio
Jl. Suryodiningratan 34, Mantrijeron, Yogyakarta 55141
Pembukaan : Jumat, 6 Oktober 2017, pkl. 16:00 (4 sore)
Dibuka oleh : Prof. DR. M. Dwi marianto MFA
Pembacaan puisi oleh: Ginanjar Wiludjeng
“Garis/tulis/gambar adalah elemen seni dimana aku bermain. Tak ada salah-benar, yang ada kebebasan berkreasi untuk menemukan makna. Tidak terikat oleh konvensi, gaya atau aliran. Kebebasan ekspresi lebih diutamakan untuk menemukan kemungkinan dan makna baru”.
“Bahan dan teknis tak ada yang baku, semua tergantung dari apa yang dibutuhkan saat itu. Bahan murni adalah persembahan dari keadaan yang terlantar, harus kita tempatkan pada semestinya”.
(“DIARY SENI”, Joko ‘Toying’ Widodo 2017)
PENGANTAR
“Sang Penjelajah Sepi”
Joko 'Toying' Widodo (lahir 1962) tergolong seniman yang tidak gampang berkompromi ketika menyangkut idealisme berkaryanya dan ia siap menerima segala resiko karenanya. Baginya melukis, membuat patung atau karya tiga dimensi dan mengerjakan artists book, adalah kegiatan khidmat bak laku spiritual yang harus bebas dari segala intervensi pihak luar yang dapat mengganggu kelurusan ide-idenya. Joko Toying termasuk sedikit dari seniman yang masih kuat bersikap akan adanya wilayah otonom seniman, sebuah wilayah yang harusnya dipisahkan dengan berbagai kepentingan seperi kurasi, publikasi, pasar dan semacamnya. Seni haruslah diciptakan hanya demi kepentingan untuk menemukan makna, titik.
Dalam pameran ini Joko Toying memamerkan sederetan artist book berjumlah 94 buah yang merupakan 'buku harian'nya, 20 lukisan akrilik di kertas, 2 patung dan sebuah karya mixed media relasi antara lukisan di kanvas dengan objek dari bahan kayu, alumunium dan bahan elektrik. Melalui karya-karya yang berentang tahun 1993 – 2017 untuk artist book nya dan lainnya bertahun 2017 kita akan menemukan betapa seniman sangat mengutamakan kebebasan tanpa terikat gaya, aliran atau aturan-aturan tertentu sebagaimana ia nyatakan dalam pernyataan seninya diatas. Namun bukan berarti kita disodori beragam gaya yang tidak jelas dan tidak bisa melihat sebuah kecenderungan tertentu seniman ini melalui karya-karyanya. Karya-karyanya selalu berangkat dari pengalaman personal-kisah-kisah kecil-intim yang dilihatnya melalui kaca mata seni yang intelek. Hal ini sebagian terwakili dari penggunaan berbagai material atau benda-banda yang kehadirannya begitu melekat dengan dirinya dan menyimpan kisah tersendiri dan sisanya terwakili oleh gambar/coretan/drawing/tulisan yang sarat simbol selaku manusia Jawa, seniman sekolahan dan bagian dari makhluk kosmopolitan. Kita juga dapat merasakan sentuhan-sentuhan emosional menyiratkan ketegangan dan pergulatan batin yang terekam dari penjelajahan sepi sang seniman. Ini sekaligus memperlihatkan betapa ia bersuntuk dan menyatu dengan berbagai materialnya seperti: kertas, kanvas, kayu, kawat, alumunium, charcoal, pena, pensil, cat, kolase dan lain-lain. Sekilas ia nampak sebagai penjelajah media namun lebih dari sekedar itu karena media baginya adalah sebuah konsekuensi mutlak dalam menyalurkan ide-idenya. Bahan atau material berdialog tanpa lelah dengan gagasan dan tidak pernah menjadi baku, ia fleksibel mengikuti situasi kondisi yang melingkupi sang seniman. Tentu hal ini tidak berlaku buat seniman yang suka asal comot bahan tanpa perhitungan dan mencari pembenaran karena tidak kunjung mendapatkan material yang diidamkannya. Penghormatan seniman terhadap bahannya adalah perhitungan filosofis untuk menemukan esensi sebagaimana ia katakan “Bahan dan teknis tak ada yang baku, semua tergantung dari apa yang dibutuhkan saat itu. Bahan murni adalah persembahan dari keadaan yang terlantar, harus kita tempatkan pada semestinya” (Joko Toying).
Sang Penjelajah Sepi ini tidak kenal putus asa. Hiruk pikuk dan gegap gempita dunia luar yang sering tidak bisa diikutinya tidak sampai menghentikan ide-idenya yang mengental siap dimuntahkan. Ia seorang pengamat dari dekat karena berangkat dari hal-hal personal yang diintiminya namun bermain dari kejauhan dengan simbol-simbol dan kiasan. Ia seringkali luput ditanggapi karena tidak kunjung dimengerti, namun dirindukan sosoknya oleh teman-temannya. Ia menghadirkan pameran ini dengan khidmat buat kita semua.
Miracle Prints/Syahrizal Pahlevi
CV seniman.
Nama : Joko ‘Toying’ Widodo
Tempat / Tgl. Lahir : Solo / 29 April 1962
Alamat : Puluhan RT 2 Argomulyo, Sedayu, Sleman, Yogyakarta
Telepon : 081548658799
Pendidikan : ISI Yogyakarta
e-mail : [email protected]
Pameran Tunggal:
2012: “Bimo Suci”, Kampung Kleben, Yogyakarta
2009 : “Aku Subjek” di Museum Dan Tanah Liat, Yogyakarta
2001 : “Tali Jiwa” di Lembaga Indonesia Perancis, Yogyakarta
1998 : “Sapu Jagad” di Timbul Keramik, Kasongan, Yogyakarta
Pameran Bersama:
2017: Drawing PURBA, Miracle Prints, Yogyakarta
International Art Swizth, Jogja Gallery, Yogyakarta
2016 : “Sehari Boleh Gila”, Studio Kalahan Yogyakarta
: “Drawing Pemersatu” Studio Kalahan, Yogyakarta
2015 : “Nandur Srawung” di Taman Budaya Yogyakarta
2014 : “ ISI ISI” Talenta Organiser di Jakarta
2013 : Pameran Drawing Sepanjang Yogya-Klaten-Solo di Balai Soedjatmoko
Solo
: “Dolanan #2” di Jogja Nasional Museum Yogyakarta
2002 : “Urip Mampir Ngombe” di Bentara Budaya Yogyakarta
2000 : Pameran Angkatan 86 di Galeri 678 Jakarta
1994 : Pameran Affandi Prize di Purna Budaya Yogyakarta
1991 : Pameran Dies Natalis ISI Yogyakarta ke VII
: Pameran angkatan 86 di DKS Surabaya
1990 : Pameran bersama SAAG di Pura Wisata Yogyakarta
1988 : Pameran Angkatan 86 “Derap” di ISI Yogyakarta