12 - 22 Desember 2021 Mini Solo Exhibition RIZAL EKA PRAMANA Pembukaan: Minggu, 12 Desember 2021, jam 14.00. Live streaminng ig @miracle.prints Dibuka oleh: Agus Yulianto ( dosen prodi seni grafis ISI Yogyakarta) Pengantar: Putra Bandung kelahiran tahun 1982 ini baru saja memenangkan '1st Place Degree' dalam 6th Kazan International Print Biennale di Tatarstan, Kazan, Russia tahun 2021. Selain mendapat sejumlah uang, hadiah lain menantinya, yakni sebuah pameran tunggal karya-karyanya di bienal berikutnya tahun 2023. Selamat! Rizal adalah pegrafis militan yang kaya pengalaman. Sempat kuliah di FSRD ITB lalu pindah ke ISI Yogyakarta dan menyelesaikan S1 program studi seni grafis tahun 2014. Ia juga membuat drawing. Grafis dan drawing dikerjakannya bergantian. Melalui kedua media ini karya-karyanya mengalir dan kerap tampil mengisi di berbagai pemeran dan kompetisi tingkat nasional dan internasional. Karya'karyanya memperlihatkan emosi yang kental dalam balutan surealisme dimana ia tertarik dengan figur dan persoalan waktu yang relatif. Dan tentu saja penguasaan teknik yang mendukung sehingga karya-karyanya nampak selalu memikat. Rizal tergolong pegrafis penjelajah. Tekniknya mulai dari woodcut, linocut, drypoint, etching, collagraph, kitchen litho, monotype dan teknik campuran yang ia kembangkan sendiri. Menariknya semua teknik tersebut di tangannya nampak sama kuat. Ada satu pendapatnya yang menarik, "Pokoknya jadi". Maksudnya teknik seni grafis di tangannya bukanlah sesuatu yang harus dirumit-rumitkan karena yang terpenting bagaimana image yang dikehendaki tercetak atau tersampaikan. Ia bisa bekerja dengan beragam teknik dan memakai bahan alternatif yang dapat ia cukupi/tersedia dihadapannya. Jika tidak ada tembaga/alumunium/mika ia akan mencoba mensubstitusinya dengan bahan lain yang konsekuensi hasil cetaknya telah ia perhitungkan. Ini sikap menarik dan positif buat pegrafis (calon pegrafis) yang kebanyakan kesulitan berkarya ketika bahan yang ia idam-idamkan tidak tersedia sehingga mengganggu kelancaran berkaryanya. Rizal tidak demikian. Ia akan mencoba dan bereksperimen hingga menemukan solusinya. Yang menggembirakan pula Rizal Eka adalah satu dari sedikit pegrafis kita yang aktif dan mampu berkompetisi di medan seni grafis internasional. Karyanya cukup sering tampil di acara seni grafis di berbagai negara dan meraih prestasi pula. Selain mendapat hadiah pertama di bienal grafis Russia baru-baru ini, ia juga pernah mendapat hadiah utama di Bangkok Triennale Print & Drawing, Thailand 2019 lalu untuk karya drawingnya. Semoga semangat dan prestasinya ini menular ke pegrafis-pegrafis kita lainnya. Syahrizal Pahlevi/Miracle Prints
PASETAKY #2 Pasar Seni Cetak Yogyakarta PASETAKY kali ini fokus pada penjualan karya-karya seni grafis denga harga jual kurang dari 500 K. Harga jual yang dibatasi tersebut diharapkan dapat menarik minat pencinta seni kalangan profesional seperti guru, dosen, dosen muda, kurator, karyawan toko, notaris, pengacara, arsitek, polisi, jurnalis, penerbit, penyair, pemusik dan sebagainya untuk mengoleksi karya. Seni grafis yang dicetak dalam beberapa edisi sangat memungkinkan menekan harga jual secara fleksibel sebagaimana ditunjukkan dalam acara ini. Karena itu. mari manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya! Peserta: Windi Delta, Reno Megy Setiawan, Fakrie Syahrani , Aziz Mughni, Jajang R. Jajang R Kawentar , Shakira Permata, Yoyok Ardoyo, Yovanka Al-Faruisn, Risky BM, Zidan Zaky Mubarok, Sinta Carolina, TPS dll www.pasetaky.weebly.com Mini Solo Exhibition YASSIR MALIK Pengantar: Yassir Malik, pegrafis produktif dan aktif di sosmed dengan postingan proses berkaryanya yang edukatif dan menggemaskan ini bukan pemain baru dalam seni grafis. Ia alumni seni grafis ISI Yogyakarta angkatan tahun 1987 yang telah giat berkarya sejak mahasiswa, lalu sempat tersendat karena kesibukan sebagai pengajar dan menjadi semakin giat selepas pensiun sebagai pengajar. Setidaknya dapat dilihat dari eksekusi karyanya dengan teknik cukil lino yang nyaris sempurna. Bersih, rata dan teknik cukilan yang memikat. Tema-temanya keseharian yang ada di depan matanya: Simbol hati yang umum, cangki-cangkir bekas minumnya, pot dan tanaman di teras rumahnya dan bungkus nasi yang dikonsumsinya. Semua itu objek sederhana memang namun digarapnya dengan sepenuh hati dan rasa senang. Ia menggarapnya berulang-ulang dalam berbagai komposisi dan ukuran gambar. Semua pencapaian demikian niscaya tidak mungkin dicapai oleh seorang pegrafis dadakan, sekedar hobby atau pegrafis iseng belaka atau pegrafis dengan jam terbang pendek. Karena dibutuhkan skill tinggi dan sikap bijak seniman buat teknik yang sederhana sekalipun (linocut kerap dianggap sebagai teknik seni grafis yang sederhana dibanding teknik seni grafis lainnya yang lebih rumit tahapan pengerjaannya) plus kecintaan terhadap medianya. Yang terakhir ini adalah hal yang sangat penting buat seniman dalam berkarya, apapun media yang dipilihnya. Kecintaanlah yang akan menuntun seniman mengembangkan atau menelantarkan saja media yang tengah digarapnya dan beralih begitu saja ke media lain yang dianggapnya lebih mudah dan lebih menjanjikan. Yassir Malik yang melepaskan pekerjaan sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta untuk menjadi seniman penuh waktu memiliki semua ciri-ciri diatas dan ia tentulah sadar betul dengan pilihannya saat ini. Semoga pameran kecil ini cukup memuaskan dahaga kita akan tampilnya pegrafis dan karyanya yang sangat bersungguh-sungguh. Apakah yang lainnya berarti tidak bersungguh-sungguh? Bukan begitu juga. Tapi mesti diakui cukup langka. Syahrizal Pahlevi/Miracle Prints www.terasprintstudio.com cv Yassir Malik Lahir di Surabaya, 14 Februari 1969 PENDIDIKAN SD sampai SMA dihabiskan di Jakarta. 1987 - 1994 ISI Yogyakarta, Jurusan Seni Murni / Seni Grafis 1998 - 2000 deMonfort leicester UK, Master of Art PEKERJAAN 1996 - 2018 pengajar/dosen tetap di Universitas Tarumanagara, Jakarta 2018 PAMERAN dan AKTIFITAS SENI 1990 - 2021 karya terbaik seni grafis Dies Natalies ISI 1990 pameran bersama seni grafis kelompok ‘Lakon' di karta pustaka Yogyakarta pameran bersama ‘proGrafis’ di Yogyakarta Pameran bersama di galeri seni Syah Alam Malaysia pameran alumni STSRI-ASRI di Jakarta Pameran bersama ‘Tjergam Taroeng’ di Galeri Nasional Jakarta Pameran bersama ‘dhalang’ di galeri cipta 2 TIM Jakarta Pameran tunggal Hibernated di rumah budayaTembi Yogyakara Pameran pekan seni grafis di Yogyakarta Pameran mengenang mendiang JO di bentara budaya Yogykarta Pameran online Print Normal Pameran 4th JIMB 2020/2021 Mini Solo Exhibition di Miracle Prints Membentuk ‘grafis bengkel’ bersama Syahrizal Pahlevi dan Hotland Tobing membentuk ‘ProGrafis’ bersama Agung coklay, Samuel Indratma dan Ade Darmawan membuka aktifitas Art Camp di Universitas Tarumanagara aktif berkarya seni rupa; lukis, grafis cetak dan photography portofolio karya dapat lihat di instagram facebook ; yassir malik instagram ; yassir_malik69 Pra pameran 'Pesanan' 10 - 20 November 2021 Tempat: Miracle Prints Suryodiningratan MJ. II/853, Mantrijeron, Yogyakarta 55141 Seniman: Jajang R. Kawentar Joko 'Gundul' Sulistiono Syahrizal Pahlevi Yaksa Agus Pembukaan: Selasa, 9 November 2021 Pukul 14.00 Live streaming ig @miracle.prints Dibuka oleh Ugo Untoro Sesuai tajuknya, ini adalah sebuah pra pameran yang berjudul 'Pesanan'. • Pameran 'Pesanan' sendiri baru akan diselenggarakan pada tahun 2022 yad. Tanggal dan bulan belum ditentukan, juga tempat dimana pameran tersebut akan diselenggarakan belum juga ada kejelasan. • Latar belakang pameran ini adalah pameran berdua Joko 'Gundul' Sulistiono dan Syahrizal Pahlevi bertajuk 'SAPA' bulan Maret 2020 lalu di Tembi Yogyakarta. Pameran yang bermaksud 'menyapa' publik seni rupa Yogya kala itu secara kebetulan direspon positif oleh 2 orang perupa-penulis yaitu Jajang R. Kawentar dan Yaksa Agus. Mereka berdua secara khusus menuliskan pandangan dan kesan terhadap pameran tersebut di laman facebook milik mereka masing-masing. • Bulan Maret 2021 muncul gagasan kami berdua (J'G'S dan SP) untuk membuat pameran reuni 'SAPA' namun kali ini mengajak peserta lain. Pilihan tertuju pada 2 orang 'penanggap' pameran tersebut yaitu JRK dan YA yang dengan senang hati menerima untuk bergabung. • Selanjutnya hasil diskusi berempat menelurkan gagasan mengagendakan pameran bertajuk 'Pesanan' di tahun 2022. • Masih dalam suasana pemantapan rencana pameran 'Pesanan' di 2022, secara tidak sengaja muncul pula ide membuat pameran sebelum pameran tersebut atau lazimnya pra-pameran. • Kebetulan ada slot kosong jadwal di Miracle Prints bulan November ini sehingga pra pameran 'Pesanan' akhirnya dapat terselenggara. • Pra pameran akan dibuka oleh perupa Ugo Untoro yang secara kebetulan pula adalah pembuka pameran 'SAPA' saat itu. Secara tidak langsung pra pameran ini mengajak publik berkilas balik peristiwa satu setengah tahun lampau yang menjadi jejak sejarah peristiwa saat ini. Syahrizal Pahlevi MIRACLE ART’S BAZAR & DONATION, BUY ONE GET ONE FREE, “BELI BONUSNYA DAPAT KARYANYA” Lho, kok bisa? Ya, bisa dong… Hanya 3 hari, yaitu tanggal 29, 30 dan 31 Oktober 2021 Miracle Prints akan menggelar bazaar karya-karya perupa Yogyakarta dengan penawaran khusus: “Buy One Get One Free”. Para pencinta seni akan dimanjakan karena seniman akan memberikan bonus untuk setiap karya yang ditawarkannya. Bonus tersebut mulai dari sketsa, drawing, karya print , lukisan dan patung mungil sampai ‘aksi-aksi tertentu’ yang dipersiapkan khusus oleh senimannya. Jadi para pencinta seni yang membeli sebuah karya tertentu dalam even ini otomatis mendapatkan bonus sebuah karya tambahan dari seniman yang sama. Atau jika dibalik: Pencinta seni yang membeli sebuah ‘bonus karya’ otomatis akan mendapatkan sebuah karya….hehehe… Kisaran harga karya mulai dari ratusan ribu hingga Rp. 5.000.000 saja. Terjangkau bukan? Info tambahan: Sebagian euntungan yang didapat dari acara ini akan disumbangkan buat kebutuhan warga sekitar Miracle Prints berada, yakni warga kelurahan Suryodiningratan, Mantrijeron Yogyakarta yang terdampak pandemic Covid-19 yang berkepanjangan ini. Ayo manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya dan dapatkan karya terbaik plus bonus dari seniman pilihan anda sekaligus ikut berdonasi untuk warga masyarakat yang membutuhkan. . *** Peserta: Tina Wahyuningsih Carolina Rika Winata Meuz Prast Joko Toying Widodo Riduan Arya Sukapura Putra Heri Purwanto Adhik Kristiantoro Jon Paul Irwan Edi Maesar Yuswantoro Adi Mahdi Abdullah Salaudin Aziz Nurtox Alie Gopal Reno Megy Setiawan Faisal Hamidy Wasis Subroto Sumadi Bonny Setiawan Cahaya Novan Sumbul Pranov Nardi Jaya Sito Pati Deni Junaedi Berani Mimpi Tiang Senja Seniman yang lahir dari keluarga seniman memiliki kesempatan tersendiri yang tidak dimiliki oleh mereka yang lahir dari bukan keluarga serupa. Secara tidak langsung, disadari atau tidak, praktek berkesenian, pewacanaan, proses berkarya dan kelanjutan-kalanjutannya adalah makanan rutin mereka sehari-hari. Beruntunglah Tiang Senja memiliki orang tua merangkap mentor yang baik. Ayahnya Edo Pop dikenal sebagai perupa yang kuat dan pekerja serius. Pun ibundanya yang terus memompakan semangat berkesenian yang ada dalam dirinya kepada anak dan keluarganya selama ini. Pun adiknya yang mengikuti jejaknya dan mungkin menular ke adik-adiknya yang lain. Siapa tahu? Namun kesempatan tersebut (bekal bawaan, atmosfir keluarga, fasilitas berkarya dan suasana berkesenian yang mendukung) tidak akan ada artinya jika tidak ada mimpi yang dipelihara. Tiang Senja menyadari itu sesungguh-sungguhnya. Seniman adalah sang pemelihara mimpi sejati. Tidak peduli seberapa besar dan beratnya mimpi itu diraih, terus saja mimpinya ia pelihara. Setelah tercapaipun kemudian ia lanjutkan dengan mimpi-mimpinya yang lain. Begitu seterusnya. Tak selesai-selesainya. Berkarya adalah proses memelihara mimpi itu. Mustahil sebuah karya dapat diteruskan jika sang kreator tidak sanggup memelihara mimpinya. Jika bukan gagal, pastilah karyanya akan macet di tengah jalan. Lalu setelah karyanya selesai ia akan melanjutkan dengan mimpi yang lain. Berpameran adalah kelanjutan dari mimpinya. Seniman ingin karyanya diapresiasi, apapun wujudnya dan seberapapun tingkatannya. Ini hanya proses kecil. Namun proses kecil ini sangatlah penting. Proses inilah yang akan menentukan langkah-langkah ia selanjutnya, apakah ia akan terus memelihara mimpinya ataukah cukup selesai sampai disini saja. Selamat kepada Tiang Senja atas pameran tunggalnya yang ‘berani’ ini. Berani dalam pengaplikasian warna, penempatan tekstur, intensitas sapuan dan kedalaman rasa. Untuk itulah kita disini, berharap pada (calon) seniman ini. Semoga ia terus memelihara mimpinya, dengan karya-karya yang semakin ‘memberani’. Mantrijeron, 25 Agustus 2021, Syahrizal Pahlevi/Miracle Prints ***** HASRAT PERKOTAAN “Kamu Bergaya Maka Kamu Ada!” - Idi Subandy Ibrahim Misalnya saya membuka pembicaraan ini di beberapa waktu lalu, sebelum masa digital yang membahana, yang walaupun sudah dibicarakan oleh oleh Yasraf Amir Piliang sebagai dunia yang berlipat-lipat, tentu lebih menggelitik untuk diungkapkan. Kenapa? Apakah dunia perkotaan ini sesungguhnya tidak menarik dibicarakan di ranah digital? Tentu, keduanya memiliki perbedaan yang setiap pembicaraannya selalu menarik untuk diceritakan kembali sebagai dinamika sosial di perkotaan. Lantas di mana saya mulai membicarakan kehidupan perkotaan ini? Di ranah yang serba-serbi perkotaan, salah satu hal menarik adalah soal gaya hidup dan polesannya, termasuk makeup. Iya, kehidupan perkotaan sangat identik dengan hal-hal yang berkamuflase dan bersembunyi dengan polesan-polesan untuk menutupi atau memberikan hiasan untuk terkesan lebih cantik, misalnya. Di kesempatan lain, kesepakatan cantik dan proses kreatif makeup merupakan salah satu ujung dari persoalan yang dibicarakan sebagai dampak munculnya pemikiran kosmopolitanisme di daerah perkotaan. Cantik, glamor, maskulin, gagah, modiste, dapat dipahami sebagai keinginan setiap personal, yang tidak saja di kota, sehingga menjadi kebutuhan sosial, sebagai pengakuan atas dasar kecantikan merupakan salah satu bagian dari empat kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan yang berorientasi terhadap lingkungan dan sejenisnya. Melalui situasi tertentu, gaya hedonisme ini dapat mendesak dan muncul akibat tekanan pergaulan dari lingkungan sekitar, jika seseorang hidup dalam lingkungan dengan gaya hidup tinggi, dapat pula mempengaruhi jiwa-jiwa lainnya. Pilihan-pilihan bertindak seseorang, termasuk menyangkut hedonisme, dapat juga disebabkan lemahnya kadar kerohanian atau tidak dapat memilah persoalan gaya hidup secukupnya, dengan kebutuhan untuk bermewah-mewah. Tetapi, apa iya orang-orang yang senantiasa hidup glamor bermewah-mewahan, masih memikirkan soal kerohanian? Saking inginnya menjadi bagian perkotaan yang serba hedonis, jadilah mendorong muncul sikap-sikap yang memberikan pertumbuhan ruang-ruang hedonism. Perilaku yang selalu ingin mencari kesenangan dan memuaskan hasrat tanpa henti dan berujung. Menurut Magnis-Suseno, perilaku hedonisme dilakukan bagi sekelompok orang merupakan ciri-ciri mendasar sebagai pertalian penting untuk mencapai dan memuaskan hasrat-hasrat perseorangan, untuk hadir pada level kehidupan sosial. Hedonisme ini berupa pandangan hidup yang menganggap, bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Untuk menghindarkan apa yang dikategorikan sebagai perasaan yang menyakitkan, akhirnya selalu memenuhi hasrat-hasrat personal yang mengemuka tanpa henti. Hasrat untuk terlihat cantik, bergaul, modiste, bahkan terkesan ikut arus gaya hidup sosial tertentu, memberikan stigma yang luar biasa dalam pergaulan sosial perkotaan. Hasrat untuk terlihat cantik dengan berbagai cara dapat dikategorikan gaya hidup hedonis, pun demikian dengan belanja-belanja yang menjadi bagian dari pemenuhan keinginan untuk eksis atau menjadi bagian dari tren. Pencapaian kesenangan dan kenikmatan yang menjadi tujuan hidup bagi sekelompok masyarakat, menampilkan kemewahan dengan belanja secara berlebihan, secara nyata membuktikan kekuasaan kapitalisme dalam memenuhi hasrat-hasrat setiap kepala manusia. Memang, kenikmatan ini tidak selalu harus dengan bermewah-mewah, tetapi nilai-nilai mendasar sosial kemanusiaan kemudian diabaikan untuk tujuan hidup yang sebenarnya. Inilah oleh Emmanuel Subangun disebut sebagai sebuah ilusi, yang memberi kebahagiaan semu. Sangat menarik, ketika mengamati kecenderungan pilihan gaya hidup masyarakat sosial perkotaan sebagai upaya untuk mengeksiskan keberadaan diri pada level masyarakat sosial tertentu. Terjadinya degradasi pada kehidupan sosial masyarakat dapat disebabkan beberapa alasan, misal: kebutuhan promosi, pencarian jati diri, perkara status sosial, atau semakin mendalam merujuk pada apa yang disebut mendominankan pikiran dan gaya bertindak pada kelompok masyarakat lain. Kebutuhan diri pada ranah sosial terjadi dan didukung oleh kesepakatan dan negosiasi gaya berpikir yang merupakan akumulasi, tentunya berujung pada seberapa kuat modal yang digunakan untuk menaikkan citra dan eksistensi itu sendiri. Saya kemudian melihat, setelah adanya setiap individu yang bereksistensi tersebut, menyemarakkan ruang-ruang perbelanjaan, mall, pasar, butik, dan bahkan pasar online. Iya, di tengah segala macam keterbatasan oleh situasi pandemic saat ini, tidak memudarkan orang-orang untuk berekesistensi. Tidak juga mengurangi hasrat-hasrat untuk berbelanja. Belanja dan ruangnya diciptakan dengan sempurna melalui pasar online. Segala macam tawaran dan rayuan dibuat semanis mungkin, untuk memikat orang tetap berbelanja. Kelengkapan dengan beraneka ragam pilihan dihadirkan sebagai upaya menyemaikan kecintaan pada aktivitas belanja, bukan saja untuk menyenangkan konsumen, tetapi semakin memberikan kesempatan secara luas bagi penggemar gaya hidup dan perancang trending untuk berkreasi menciptakan gaya-gaya baru. Kadang saya jadi ingat di situasi lainnya lagi. Pada saat memikirkan belanja, tentu ingat dengan merk. Ingat merk dagang, jadi ingat bagaimana merk ini sesungguhnya menjadi sebuah citra yang luar biasa. Merk adalah identitas. Kenapa begitu? Karena persoalan merk sebagian besar mengacu pada landasan pikir consumerism, merk masuk pada ranah penanda-penanda gengsi. Diferensiasi, seperti yang dibicarakan oleh Piliang, terjadi proses pembangunan identitas berdasarkan perbedaan produk, gaya, dan gaya hidup. Merk dengan segala makna di dalamnya, seperti memberikan memberikan rasa aman, nyaman, bahagia, serta kebanggaan bagi para penggunanya, karena dianggap telah memenuhi kebutuhan dan rasa percaya terhadap kualitas suatu jenis produk yang digunakan. Merk adalah hal-hal yang mengacu tidak saja pada persoalan kualitas dan rasa percaya, tetapi juga pada masalah gengsi-gengsi. Inilah diferensiasi, usaha-usaha untuk membedakan jenis produk yang digunakan, sekaligus upaya pembentukan identitas bagi sekelompok konsumen, yang pada akhirnya menjadi alat penanda bagi konsumen lainnya. Belanja, untuk sebagian orang menjadi obat mujarab dan menjadi hiburan dalam menghabiskan waktu dalam hari-hari tertentu. Label, trademark, atau pun tagline produk-produk yang menjadi tanda bagi pemenuhan hasrat-hasrat, adalah contoh obat mujarab ampuh bagi pemenuhan ruang eksistensi personal. Diciptakan penanda-penanda pada produk, sekaligus juga merupakan pengelompokkan ruang-ruang sosial masyarakat. Apa yang menjadi label dan trademark produk merupakan usaha mengkondisikan manusia-manusia pecinta gaya secara sadar mengelompok untuk beradaptasi sesuai dengan label dan trademark. Para konsumen ini, bolehlah disebut sebagai robot-robot yang pintar bergaya, dan tentunya memiliki modal cukup untuk menjawab kebutuhan-kebutuhannya sebagai upaya untuk eksis. Kesadaran konsumen ini dibentuk secara perlahan, menanamkan hasrat dengan konsisten, alat dan prasarana diciptakan untuk memaksimalkan pembentukan kebutuhan untuk hidup bergaya, sehingga tayangan iklan pada televisi atau media lain, menjadi kitab atau ensiklopedi yang wajib di tonton atau di baca untuk dijadikan sebagai pedoman panduan. Hasrat perayaan konsumen merambah pada hampir setiap level kehidupan sosial dan budaya masyarakat perkotaan, bahkan lebih luas lagi. Perayaan pendidikan, ritual keagamaan, upacara perkawinan, perayaan kelahiran, bahkan kematian pun dirayakan secara sadar oleh masyarakat. Boleh jadi hasrat ini terkamuflase dalam sebuah kebiasaan, tetapi lebih jauh lagi, sesungguhnya karena hasrat ini pulalah, setiap kebiasaan tersebut tetap dilakukan. Representasi pakaian adalah penanda paling sederhana dalam bentuk perayaan ini. Dikenalnya istilah dress code, menjadi pengikat masyarakat untuk berpakaian dalam rangka ikut bagian dalam perayaan. Perayaan perkawinan dan pendidikan, atau pesta-pesta lain, tentunya memiliki aturan-aturan yang mengikat masyarakat untuk berpakaian dengan gaya-gaya terbatas. Label acara secara langsung membatasi dan mengikat pesertanya untuk berpakaian secara “seragam”, sehingga festival konsumsi ini merupakan festival belanja, dan sekaligus upaya untuk menyeragamkan manusia-manusianya dalam balutan pakaian ataupun, bahkan pemikirannya. Bagaimanapun, berbelanja merupakan upaya untuk membangun imaji dan tidak akan pernah selesai. Hasrat selalu beriringan dengan hadirnya gaya yang baru. Tidak melulu menyebut ribuan jenis gaya pakaian, tetapi menyinggung pula gaya-gaya baru yang diciptakan oleh industri kecantikan, industri perawatan tubuh, industri otomotif, industri gadget, dan berjenis-jenis industri lain, dengan modal kapital yang kuat. Jika hasrat merupakan muara persoalan dari pencitraan, maka perlu dikendalikan secara ketat, bahkan sedapat mungkin dipenjarakan sedalam-dalamnya. Dengan demikian manusia tidak akan terikat dalam ruang epilepsi. Seperti dikutip oleh Piliang, Virilio menyebut sebagai ruang yang disarati oleh kejutan dan frekuensi yang variasinya tidak terduga, tidak sekedar tekanan dan represi, tetapi dengan interupsi, muncul dan menghilangkan dunia yang nyata. Disebut oleh Piliang sebagai hilangnya kesadaran manusia. Kesadaran, bahwa gaya hidup, termasuk hal pakaian dan kecantikan, tidak akan pernah berhenti diproduksi, sebagai jawaban atas kehadiran hasrat-hasrat pada manusia itu sendiri. Semarang, 16 Juli 2021. Deni Setiawan. **** Berbicara Karya Tiang Senja , tidak jarang karya-karya mengabstraksi tentang persoalan dunia keseharian kehidupan manusia dan produk budaya urban yang beragam. Baik terkait kehidupan ikhwal tingkah laku orang- orang dan bermacam citra benda dari berbagai lintas klas sosial, ia hadirkan sebagai subjek pemikiran dalam mencipta karya. Sepintas tema dan gagasan karya-karyanya seperti upayah ia mengungkapkan indeks dari empati pengalaman subyektif pada kemanusiaan yang teralienasi pada budaya urban. Mengurai kembali pengalaman persepsi pada jejak- jejak dinamika kehidupan manusia di alam, sosial, politik maupun budaya dalam kehidupan masyarakat urban yang bersifat paradok, kontradiktif dan manipulatif. Lukisan-lukisan Tiang senja memiliki ukuran dan kualitas artistik dengan tingkatan variasi yang beragam. Selain visual yang tampil merupakan struktur ulang dari emosi dan taste estetis yang mempunyai rasa terhadap warna, garis, bidang, tekstur khas dan unik. Penampakan visual sebagai bentuk pelepasan dari segala sesuatu pengalaman empirisnya yang ia ciptakan dan fantasikan yang diterapkan terhadap tema lukisannya. Bentuk Kebanyakan ditampilkan samar, muram dan tumpang tindih, terkesan seperti visual dinding-dinding kota yang dingin dan kusam. Kabel listrik memanjang membentuk garis horisontal yang semraut. Garis vertikal yang silang menyilang kaku pada jendela kaca bangun menjulang tinggi. Permukaan gedung mewah yang cerah dengan tekstur dan goresan permukaan putih mulus namun terasa hampa dan kosong diantara warna kelam dan disharmonis. Bentuk dan warna hitam yang diisi torehan-torehan ritmis tidak lurus namun padat yang membawa imajinasi sampai batasnya. Sehingga citra visual yang menjadi pusat perhatian sangat menonjolkan dimensi simbolik yang menyiratkan analogi pada konteks realitas sosial tertentu beserta problematika kehidupan kemanusiaan. Inilah yang menjadi daya tarik dan kekuatan ekspresi personalitas dari seorang anak muda menggambarkan garis pinggir bayangan kemanusiaan pada pemandangan kota sebagai obyek estetik. Menempatkan emosi dari keinginan, ketakutan dan kegelisahan dalam kerangka kerja konseptual atas gagasan tentang bentuk dan batas estetika. Kreativitasnya terpancar dari keberanian ia mencoba mengusung tema-tema sosial dalam mengolah bahasa rupa yang bersifat formalistik sebagai perspektif pengalaman dalam penciptaan dari batas pemahaman dalam kerja kreatif layak ditunggu perkembangnya. Selebihnya proses waktu ruang dan tempat yang akan selalu menguji capaiannya. Silahkan hadir dan selamat mengapresiasi. By: Setara Art Studio Yogyakarta-Indonesia Karya-karya dapat dilihat disini https://drive.google.com/drive/u/0/folders/19cFirn0oL71fSG2WqcQ15o1_hxdDxnKO?fbclid=IwAR1x1CZiAQENrcYScspyXuvh8XD4NezMYHlzgAy0psU8RxX_Kg44JVbQa7E Pengantar Bulan Agustus, bulan keramat bagi bangsa Indonesia ini, Miracle Prints menggelar pameran 'Duo Spesial' perupa Yogyakarta. Dikatakan spesial karena dua perupa ini relatif 'roh'nya Yogya dari sekian banyak 'roh-roh' yang mengisi seni rupa di Yogyakarta. Mereka tak putus-putusnya berkreasi dan berkarya walaupun hingar bingar dan gegap gempita seni rupa saat ini cenderung memihak pada para 'youngest artist', yang 'seger-seger' kata galeris. Alex Lurhfi R yang kesehariannya masih sebagai staf pengajar di ISI Yogyakarta dan Anugerah Eko T yang pengusaha mandiri batik celup dengan brandnya sendiri tetap menyempatkan diri membuat karya-karya seni rupa personal untuk memuaskan ekspresi mereka. Duo yang kebetulan satu almamater di seni lukis saat kuliah di STRI ASRI Yogyakarya (Alex angkatan 79 dan Eko angkatan 80) sejak zaman kuliah memiliki kecenderungan ekspresi yang berbeda. Alex Luthfi dengan bentangan karya yang luas mulai dari fotografi, lukisan, video, instalasi hingga baru-baru ini mencoba bereksperimen dengan cetak grafis konsisten dengan kritik-kritik sosial yang terkadang satir. Tak lelah-lelahnya ia mengomentari tingkah laku pejabat yang menurutnya tidak amanah menjalankan perannya sebagai abdi negara. Sementara Anugerah Eko yang berbau 'ekspresionistik German' setia dengan ungkapan personal memainkan unsur seni rupa garis dan warna yang dinamis. Terkadang bentuk-bentuknya liar dan menyentak keras terkadang menjadi lembut dan rapih. Selamat berpameran bapak-bapak kreatif....jangan mau kalah dengan yang muda-muda. Suguhi kami dengan karya-karya kalian yang seger-seger...hehe... Syahrizal Pahlevi/Miracle Prints
|
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
June 2022
Categories |